Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perbaikan SDM Jadi Kunci Dongkrak Ekspor Jasa

Kualitas sumber daya manusia di sektor jasa menjadi kunci dalam peningkatan ekspor jasa Tanah Air. 
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Kualitas sumber daya manusia di sektor jasa menjadi kunci dalam peningkatan ekspor jasa Tanah Air. 

Berdasarkan data Bank Indonesia, ekspor jasa sepanjang tahun 2018 mencapai US$27,93 miliar, naik sekitar 10,28% dari tahun sebelumnya yang mencapai US$25,32 miliar. 

Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi mengatakan untuk peningkatan ekspor jasa pada tahun ini diperlukan peningkatan kapasitas pelaku jasa melalui desain vokasi. 

"Tentunya dengan kapasitas pelaku jasa ini bertambah, Indonesia bisa melakukan ekspor tenaga kerja bidang jasa," ujarnya kepada Bisnis.com.  

Memang Indonesia telah mengirimkan ekspor jasa namun jumlahnya tak bisa dihitung karena tak terdaftar. Oleh karena itu pada tahun ini pihaknya akan terus menguatkan sinergi sektor jasa dalam hal perbaikan statistik jasa bersama BPS dan BI. 

"Kami juga tengah men desain kebijakan sektor jasa unggulan agar dapat meningkatkan ekspor jasa. Kami mengupayakan pengembangan sektor jasa masuk dalam rancangan teknokratik RPJMN 2020 - 2024," ucap Edi. 

Policy Analyst dari Indonesia Services Dialogue Muhammad Syarif Hidayatullah menuturkan SDM merupakan dasar dari sektor jasa. Oleh sebab itu kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan serta kualitas pelayanan perlu distandarisasi. 

"Perbaikan mutu sekolah vokasi, penambahan kapasitas pelatihan, dan proses sertifikasi tenaga kerja," katanya. 

Dia mencontohkan di India, terdapat lebih dari 200 standar layanan jasa yang telah diatur oleh Pemerintah, hal tersebut membuat sektor jasa di India semakin berkembang. Hal itu perlu dilakukan oleh Indonesia untuk menstandarisasi SDM yang bekerja di sektor jasa. 

Dengan semakin meningkatnya permintaan akan jasa di Indonesia, maka sisi penawaran perlu ditingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mendorong adanya investasi baru di sektor jasa.

“Analisis sektoral yang dilakukan oleh ISD menunjukkan bahwa sebagian besar sektor jasa mengalami kelebihan permintaan (excess demand), yang mana hal tersebut mengindikasikan bahwa kapasitas penyedia jasa domestik masih terbilang kurang. Dari 12 sektor jasa, 10 diantaranya kekurangan supply, oleh sebab itu sektor jasa Indonesia memerlukan investasi baru," tuturnya. 

Syarif menambahkan untuk meningkatkan ekspor jasa yang diperlukan dengan mendorong investasi baru pada sektor jasa dengan melakukan reformasi regulasi yang terlalu restriktif, seperti regulasi terkait daftar negatif investasi (DNI).

“Daftar Negatif Investasi masih jadi penghambat masuknya investasi baru di Indonesia," ujarnya.

Saat ini ada 515 bidang usaha dimana angka tersebut sangat besar apabila dibandingkan dengan negara-negara Asean lain seperti Thailand, Singapura dan Malaysia yang berturut-turut hanya sebanya 4, 11 dan 45 bidang usaha.

Selain itu, untuk mendorong ekspor jasa pada tahun ini, pemerintah harus segera merealisasikan penghapusan PPN ekspor jasa. 

Dengan penerapan PPN sebesar tarif 0% atas ekspor jasa akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia, tak hanya dapat mendorong ekspor jasa tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Selain itu juga meningkatkan daya saing tenaga kerja di Indonesia dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. 

"Lalu meningkatkan produktivitas ekonomi yang pada akhirnya akan berperan meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka panjang," kata Syarif.

Adapun, selama tiga tahun terakhir, ekspor jasa Indonesia terus mengalami perkembangan pertumbuhan, pada tahun 2016, 2017, dan 2018 berturut-turut tumbuh sebesar 4,9%, 8,59%, dan 10,28%. 

"Pertumbuhan ekspor jasa ditopang dengan tren perbaikan perekonomian global dan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara Indonesia," ujarnya.

Dia menuturkan terdapat dua sektor penyumbang ekspor jasa terbesar yakni sektor jasa travel dan jasa bisnis lainnya yang mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi yakni masing-masing sebesar 7,3% dan 13,9% yang mendorong tingginya pertumbuhan ekspor jasa. 

Syarif menambahkan faktor makroekonomi seperti nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi global sangat mempengaruhi ekspor jasa di sepanjang tahun ini. 

Terlebih Amerika Serikat diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 2,9% 2018 menjadi 2,5% di 2019, China dari 6,5% di 2018 menjadi 6,2% pada 2019. Di Asean dari 5,3% di 2018 menjadi 5,2%. 

"Berdasarkan sebuah penelitian, untuk negara-negara Asia, setiap ada 1% pertumbuhan ekonomi dunia, maka ekspor jasa meningkat sebesar 3,28%. Oleh sebab itu, sektor jasa masih mungkin tumbuh, akan tetapi diperkirakan melambat apabila dibandingkan tahun 2018," terangnya. 

Menurut Syarif, dua sektor yang akan berpengaruh pada ekspor jasa tahun ini, yaitu sektor jasa travel dan jasa bisnis lainnya. 

Adapun jasa travel akan ditopang oleh kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang diperkirakan masih akan berkembang akan tetapi kemungkinan besar tidak akan seperti perkiraan Pemerintah. 

Angka target wisatawan mancanegara sebesar 20 juta dinilai kurang realistis mengingat bahwa tahun ini dengan adanya tiga event skala internasional, jumlah kunjungan wisatawan hanya mencapai 15,81 juta. 

Selain itu, sektor jasa bisnis lainnya juga akan menjadi kontributor ekspor jasa terbesar kedua sepanjang tahun ini meski perkembangan ekspor sektor ini dalam beberapa tahun terakhir kurang baik. 

Pada periode 2013 hingga 2017, ekspor jasa sektor bisnis lainnya ini mengalami kontraksi -20,7%. Namun sepanjang tahun lalu ekspor jasa bisnis lainnya mengalami pertumbuhan sebesar 13,9% dimana merupakan sinyal yang sangat positif. 

Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri mengatakan fokus kementerian sepanjang tahun ini yakni peningkatan kualitas SDM yang dilakukan dengan memberikan pelatihan kerja untuk 277.424 orang. 

"Pelatihan kerja kepada calon pekerja migran lalu ada di BLK komunitas. Lalu kami akan lakukan sertifikasi, ada pemagangan juga sehingga kualitas tenaga kerja bertambah terutama untuk sektor jasa. Kami juga ada BLK untuk sektor jasa terutama di ekonomi kreatif," tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper