Bisnis.com, GRESIK - Produsen sarung tenun PT Behaestex tahun ini akan memperbesar produksi sarung BHS Classic yang menyasar entry level mengingat masih tingginya kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.
Direktur Marketing Behaestex, Haikal Bahasuan menjelaskan Behaestex memiliki 2 merek yang menyasar segmen berbeda yakni BHS untuk segmen menengah ke atas dan Atlas untuk segmen menengah bawah.
"Selama ini BHS khusus segmen atas, tapi kami membuat seri BHS dengan varian harga dan kelas yang berbeda, salah satunya seri BHS Classic yang harganya paling murah di merek ini," jelasnya di sela-sela kunjungan pabrik sarung tenun ikat di Gresik, Jumat (15/2/2019).
Adapun seri BHS ini di antaranya yakni BHS Masterpiece yang harganya di atas Rp3 jutaan, BHS Signature di atas Rp2 jutaan, BHS Royal Rp1,2 juta - Rp1,7 jutaan, BHS Excelent Rp1 juta - Rp1,2 jutaan dan seri BHS Classic Rp800.000 an.
"Seri Materpiece dan Signature ini biasanya dipakai oleh para pejabat-pejabat negara, sedangkan yang BHS Classic ini ternyata pasarnya masih sangat besar sehingga mau kami perbesar, dan kita lihat nanti seperti apa pasarnya momen puasa dan lebaran," jelasnya.
Haikal mengatakan selama ini pasar BHS maupun Atlas kebanyakan ada di wilayah Jawa. Rencananya Behaestex memperluas pasar sampai ke wilayah timur Indonesia dengan mengadopsi desain motif khas di suatu daerah tersebut misalnya motif songket Kupang, Ambon dan Ternate.
"Selain pasar domestik, kami juga akan mengoptimalkan pasar luar negeri yang masih sangat luas," katanya.
Hanya saja, lanjut Haikal, produk BHS selain dikerjakan secara manual oleh tangan terampil perajin, produksi BHS memerlukan bahan baku impor.
Untuk itu, perseroan berharap pemerintah bisa memberikan dukungan kepada industri tekstil tenun ikat ini dengan memberikan insentif berupa potongan tax atau bea masuk bahan baku impor agar sarung dalam negeri punya daya saing tinggi.
Adapun selama ini penjualan Behaestex untuk produk BHS sebanyak 85% dikontribusi oleh pasar domestik, dan 15% untuk pasar ekspor yang kebanyakan peminatnya dari Djibouti Afrika Timur, Somalia, Yaman, dan Malaysia.
Sedangkan produk Atlas, sebanyak 80% untuk pasar lokal dan 20% untuk pasar ekspor yang kebanyakan dikirim ke Malaysia, Dubai, Jedah juga negara-negara di Afrika.
"Selama ini kontribusi penjualan secara jumlah yakni merek BHS 10% dan 90% dari Atlas. Sedangkan secara value, sebanyak 35% dikontribusi oleh BHS dan 65% dikontribusi oleh Atlas," imbuh Haikal.
Asisten Sales Manager Behaestex, Joko Suyono mengklaim, khusus merek BHS atau sarung segmen atas saat ini mengusai pasar terbesar di Indonesia. Sedangkan di kelas sarung merek Altas, Behaestex harus bersaing dengan banyak merek.
"Atlas memang persaingannya ketat sekali tapi kami optimistis masih bisa meraih pasar karena kami selalu memiliki kreasi, desain dan inovasi yang selalu diperbarui," imbuhnya.