Bisnis.com, JAKARTA— PT Dirgantara Indonesia (Persero) merancang penggalangan dana melalui instrumen dana investasi real estat atau DIRE untuk mendanai pengembangan fasilitas pesawat N219 dengan target US$119 juta.
Direktur Utama Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro menjelaskan bahwa instrumen DIRE merupakan salah satu alternatif pendanaan yang tengah dikaji. Perseroan tengah mencari alternatif pendanaan untuk pengembangan fasilitas pesawat N219.
“Dalam tahap kajian salah satu alternatifnya dari situ [DIRE], sedang kami dalami seperti apa dan teknisnya seperti apa sudah mulai kajian. [Dana yang dicari] sekitar US$119 juta,” ujarnya di Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Elfien mengungkapkan telah melakukan pembahasan dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro. Salah satu opsi yang dibahas yakni penggunaan instrumen DIRE.
Dia menjelaskan bahwa alokasi belanja modal terbesar tahun ini digunakan untuk pengembangan fasilitas N219. Perseroan ingin menambah kapasitas produksi menjadi 36 pesawat per tahun.
Elfien menuturkan pihaknya mencari pendanaan dalam bentuk partisipasi ekuitas. Menurutnya, perseroan akan membentuk special purpose vehicle (SPV). “Kami akan membentuk SPV sehingga pesawat N219 operasi untuk manufacturing-nya terpisah dari PTDI,” jelasnya.
Dia menambahkan perseroan tidak akan melakukan spin off operasi manufaktur pesawat N219. Artinya, pihaknya akan tetap mengempit kepemilikan secra mayoritas.
Elfien mengatakan perseroan telah mengantongi permintaan ekspor pesawat N219 dari sejumlah negara. “Yang jelas ada dari Singapura, Uni Emirat Arab, Afrika, dan Amerika Latin,” imbuhnya.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, PTDI memiliki kapasitas produksi 10 unit per tahun. Pada 2019, perseroan menargetkan dapat mengirim empat unit pesawat dengan rincian Senegal 1 unit, Nepal 1 unit, dan Thailand 2 unit.