Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Berbondong Kembali ke Indonesia, Ini Kata Analis

Dilansir Bloomberg, pembelian obligasi oleh investor asing mencapai US$795 juta pada tahun 2018 dan membuat imbal hasil melemah sekitar 90 basis poin dari level tertinggi yang dicapai pada Oktober.
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Masa-masa terburuk pasar modal Indonesia mulai menghilang seiring dengan mulai kembalinya investor asing ke pasar modal Tanah Air. Analis menilai ini didorong oleh upaya bank sentral mendorong penguatan rupiah.

Dilansir Bloomberg, pembelian obligasi oleh investor asing mencapai US$795 juta pada tahun 2018 dan membuat imbal hasil melemah sekitar 90 basis poin dari level tertinggi yang dicapai pada Oktober.

Ini juga menjadi angin segar bagi Bank Indonesia, yang menghabiskan sebagian besar tahun 2018 untuk membendung arus keluar modal asing di tengah pelemahan aset negara emerging markets dan depresiasi rupiah

Setelah jatuh hampir 9% selama sembilan bulan pertama tahun 2018, rupiah rebound pada kuartal keempat setelah bank sentral menaikkan 7-Day Repo Rate (7-DRR) menjadi 6%, melakukan intervensi di pasar valuta asing dan obligasi, serta membatasi impor untuk membantu mengendalikan defisit perdagangan.

PT Bahana Sekuritas mengatakan penguatan rupiah tidak menunjukkan tanda-tanda memudar pada tahun 2019. Rupiah telah menguat 2,4% sejak awal tahun dan BI telah mengisyaratkan kesediaan untuk membiarkan mata uang menguat lebih lanjut.

"Pada saat ini, BI tampaknya lebih cenderung mendorong apresiasi rupiah untuk memikat arus masuk asing, daripada menjaga nilai rupiah tetap rendah untuk membatasi impor dan meningkatkan ekspor," ungkap Satria Sambijantoro, ekonom di Bahana Sekuritas dalam catatan untuk klien, seperti dikutip Bloomberg.

“Penguatan satu arah rupiah seharusnya membuat aset Indonesia sangat menarik bagi investor asing,” lanjutnya.

Sekalipun Bank Indonesia tidak menaikkan BI 7-DRR pada Rapat Dewan Gubernur 17 Januari mendatang, investor asing masih tertarik pada Indonesia, yang menawarkan imbal hasil tertinggi di Asia.

BI tidak hanya memberi sinyal dukungan berkelanjutan untuk rupiah, tetapi juga berusaha untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan yang semakin memburuk, yang menjadi salah satu faktor tekanan terhadap rupiah.

Pada RDG terakhir 20 Desember 2018 lalu, bank sentral menyoroti bahwa tingkat kebijakan masih konsisten dengan upaya untuk mengurangi defisit neraca berjalan ke tingkat yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper