Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontribusi Manufaktur terhadap PDB Turun? Ini Penjelasan Kemenperin

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai terdapat realitas baru dalam kontribusi sektor industri terhadap PDB secara global, di mana tidak ada lagi negara dengan kontribusi manfaktur mencapai 30%.
Pekerja menyelesaikan pembuatan gitar listrik di pabrik alat musik Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/3/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A
Pekerja menyelesaikan pembuatan gitar listrik di pabrik alat musik Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/3/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai terdapat realitas baru dalam kontribusi sektor industri terhadap PDB secara global, di mana tidak ada lagi negara dengan kontribusi manfaktur mencapai 30%.

Airlangga menjelaskan norma baru tersebut membuat paradigma ekonomi yang lalu tidak bisa disamakan dengan konteks saat ini. Secara spesifik Airlangga menjelaskan perekonomian pada 2001 berbeda dengan 2018.

Pernyataan Airlangga tersebut merujuk pada data Bank Dunia pada 2017, di mana rata-rata kontribusi sektor manufaktur pada negara-negara industri sebesar 17%. Terdapat lima negara yang mencatatkan share di atas rata-rata tersebut, yakni China (28,8%), Korea Selatan (27%), Jepang (21%), Jerman (20,6%), dan Indonesia (20,5%).

Dia menambahkan beberapa negara dengan kontribusi di bawah rata-rata di antaranya Meksiko, India, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, Rusia, Brasil, Perancis, Kanada, dan Inggris.

"Meski waktu itu [2001] kontribusi industri hampir 30% dan kita hampir takeoff, tetapi berhenti karena krisis ekonomi yang dipicu oleh keuangan. Cukup panjang dampaknya. Selain itu, kita dininabobokan oleh commodity booming. Pasca 2014, baru kita revitalisasi lagi sektor manufakur," ujar Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, belum lama ini.

Dia pun menjelaskan pertumbuhan ekonomi global saat ini tidak lagi mencapai double digit, bahkan negeri tirai bambu pun mencatatkan pertumbuhan single digit. Airlangga menjelaskan pada 2018 Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%.

Angka tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Asean sebesar 5,1%. Airlangga menjelaskan hal tersebut menandakan Indonesia memiliki peran penting dalam memacu perekonomian di kawasan Asean.

Menurutnya, kawasan Asean merupakan mesin kedua terbesar pendorong pertumbuhan ekonomi dunia, setelah kontribusi dari China. Dengan penduduk lebih dari 500 juta jiwa, Airlangga menilai Asean merupakan pasar potensial dalam membangun basis produksi manufaktur.

Dengan potensi tersebut Airlangga optimistis perekonomian Indonesia akan terus tumbuh dengan revitalisasi sektor industri, di antaranya melalui implementasi industri 4.0. Dia menjelaskan target revitalisasi tersebut untuk meningkatkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDB dan masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat pada 2030.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper