Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSA Menilai Pola Trayek Tol Laut 2019 Lebih Efisien

Pelaku usaha pelayaran niaga yang tergabung dalam Indonesian National Shipowners' Association menilai keputusan pemerintah menerapkan pola hub and spoke dalam program Tol Laut 2019 sebagai langkah yang efisien.
Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto (kanan), memberikan paparan didampingi Wakil Ketua Umum II Darmadi Go, saat diskusi Strategi Percepatan Penerapan Cabotage Naik Kelas di Jakarta, Senin (25/9)./JIBI-Dwi Prasetya
Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto (kanan), memberikan paparan didampingi Wakil Ketua Umum II Darmadi Go, saat diskusi Strategi Percepatan Penerapan Cabotage Naik Kelas di Jakarta, Senin (25/9)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku usaha pelayaran niaga yang tergabung dalam Indonesian National Shipowners' Association menilai keputusan pemerintah menerapkan pola hub and spoke dalam program Tol Laut 2019 sebagai langkah yang efisien.

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan dengan pola subsidi 2019, subsidi Tol Laut bisa dipangkas. 

"Dengan memperhatikan sudah adanya liner-liner swasta yang menjalani main trayek dari main loading port Tanjung Priok dan Tanjung Perak ke berbagai main discharging ports, maka yang diperlukan hanyalah memperbanyak feeder-feeder menuju daerah T3P [terjauh, terpencil, tertinggal dan perbatasan]," katanya, Kamis (27/12/18). 

Dengan strategi itu, dia menilai subsidi dapat dipangkas separuh dari tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, muatan Tol Laut yang dibawa oleh kapal liner swasta hanya menerima subsidi freight peti kemas, bukan subsidi operasional kapal. Pemerintah diketahui hanya mengalokasikan anggaran Rp222 miliar untuk menyubsidi program Tol Laut tahun depan, sekitar separuh dari alokasi tahun ini yang mencapai Rp447,6 miliar. 

Sejalan dengan itu, Kementerian Perhubungan menetapkan 18 trayek tol laut pada 2019. Sebagian besar merupakan rute penghubung (feeder) agar penurunan disparitas harga barang lebih merata.

Penetapan itu dituangkan dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Laut No. UM 002/109/2/DJPL-18 tertanggal 14 Desember 2018. Berdasarkan SK itu, terdapat 7 trayek jarak jauh (direct call) dan 11 feeder. Nantinya, bahan pokok dan barang penting akan diturunkan di pelabuhan hub untuk selanjutnya diangkut menggunakan kapal feeder ke lokasi-lokasi terpencil.

Pembukaan lebih banyak rute baru ke pulau-pulau terluar bertujuan agar subsidi lebih efektif menurunkan harga di daerah terpencil. Selama ini rute jarak jauh dari Jakarta dan Surabaya ke luar Jawa membuat biaya operasional program tol laut tinggi. Perjalanan yang panjang juga membuat waktu distribusi ke lokasi terpencil lama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Hendra Wibawa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper