Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Januari 2019, Lelang Feri Jarak Jauh Jakarta-Surabaya Kembali Digelar

Kementerian Perhubungan akan menggelar kembali lelang operator feri jarak jauh (long distance ferry/LDF) rute Jakarta-Surabaya menyusul gagalnya lima kali lelang yang telah dilakukan sepanjang 2018 ini lantaran sepinya minat operator.
Salah satu kapal feri roro lintas penyeberangan Merak-Bakauheni tampak hanya mengangkut sedikit kendaraan. Load factor feri pada lintas penyeberangan tersebut yang hanya 40% membuat Kementerian Perhubungan berencana mengalihkan secara bertahap kapal-kapal feri yang beroperasi di Selat Sunda ke perairan Natuna, Kepulauan Riau, dan Indonesia bagian timur./Bisnis.com-M. Syahran W. Lubis
Salah satu kapal feri roro lintas penyeberangan Merak-Bakauheni tampak hanya mengangkut sedikit kendaraan. Load factor feri pada lintas penyeberangan tersebut yang hanya 40% membuat Kementerian Perhubungan berencana mengalihkan secara bertahap kapal-kapal feri yang beroperasi di Selat Sunda ke perairan Natuna, Kepulauan Riau, dan Indonesia bagian timur./Bisnis.com-M. Syahran W. Lubis

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan akan menggelar kembali lelang operator feri jarak jauh (long distance ferry/LDF) rute Jakarta-Surabaya menyusul gagalnya lima kali lelang yang telah dilakukan sepanjang 2018 ini lantaran sepinya minat operator.

Direktur Angkutan dan Multimoda Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Ahmad Yani mengatakan lelang pada Januari 2019 siap digelar seiring perbaikan regulasi-regulasi yang telah dilakukan.

Selain itu, pihak PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), menurutnya, sudah memasarkan kapal roll on roll off (ro-ro) yang akan melayani lintasan Jakarta-Surabaya. Dia juga menyatakan bahwa rute tersebut sudah memiliki pangsa pasar.

"Feri jarak jauh Jakarta-Surabaya ini harus jalan lagi. Di samping itu, saya sudah memperbaiki regulasi-regulasinya. Kemarin kan ada permasalahan di regulasinya, seperti kecepatan kapal yang memang harus cepat dan ukuran kapal yang harus maksimal," kata Ahmad Yani kepada Bisnis, Selasa (18/12/2018).

Yani mengklaim sudah ada calon peminat yang ingin melayani lintasan tersebut. Namun demikian, dia mengakui bahwa permasalahan yang ada saat ini memang menyoal tingginya tarif di pelabuhan. Di sisi lain, pihaknya tidak serta merta bisa memberi subsidi tarif labuh lantaran anggaran subsidi yang terbatas.

Dia mengatakan bahwa subsidi hanya diberikan di luar kewajiban operator kapal yang memang harus dibayarkan, misalnya, berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). 

"Kami kan hanya bisa membayarkan itu. Kalau ada pungutan-pungutan di luar itu kami gak bisa bayar. Makanya teman-teman operator itu, ya, gak mau [melayani feri jarak jauh] karena salah satunya adalah [tingginya] tarif di pelabuhan," ujarnya.

Namun demikian, lanjut Yani, secara khusus nantinya memang harus ada insentif di pelabuhan yang disinggahi kapal feri jarak jauh tersebut. Pihaknya juga meminta ASDP dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) agar bisa mengkaji insentif, khususnya pada Pelindo agar ada pengurangan tarif. 

Yani menyebut berhentinya operasional feri Jakarta-Surabaya yang salah satunya dioperatori pihak swasta tersebut lantaran dana subsidi ketika itu dinilai terbatas sehingga operator kapal juga tidak bisa melanjutkan operasionalnya.

Sebelumnya, layanan feri jarak jauh Jakarta-Surabaya dioperatori oleh PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan operator swasta PT Jagat Zamrud Khatulistiwa (JZK). Saat ini, keduanya telah berhenti melayani operasionalnya. 

ASDP menghentikan layanan Jakarta—Surabaya pada Januari 2018 setelah dioperasikan pada Desember 2017 dengan kapal ro-ro KM Ferindo 5, sedangkan JZK menghentikan operasionalnya pada 12 Maret 2018 setelah beroperasi sejak 12 Juli 2017 dengan menjalankan total 75 voyage, dua kapal ro-ro yakni MV Roro Sawitri dan MV Roro Prayasti.

Selama ini, operator kapal feri jarak jauh Jakarta--Surabaya itu meminta pengkajian kembali soal tingginya biaya pelabuhan. JZK sebagai pelaku usaha swasta menyampaikan sekitar 30% dari pendapatan per unit cargo on chasis yang masuk ke kapal dikeluarkan untuk biaya pelabuhan.

Biaya pelabuhan tersebut hanya mencakup lapangan penumpukan di area dermaga di luar pengeluaran lain seperti BBM, cargo hauling, SDM, dan biaya operasional kapal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ilham Budhiman
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper