Bisnis.com, JAKARTA - Analisis terbaru bank Sentral Inggris, Bank of England (BoE) mengenai dampak ekonomi Brexit memprediksi Inggris akan menderita tekanan ekonomi yang lebih buruk dari pada krisis finansial global 2008 jika skenario terburuk terjadi.
Analisis yang disampaikan pada Rabu (28/11/2018) tersebut mengungkapkan ekonomi Inggris akan menyusut 8% dalam waktu setahun apabila Inggris mengumumkan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan (no-deal Brexit).
Dilansir dari Reuters, analisis terbaru ini dapat menjadi tekanan bagi parlemen Inggris yang tidak menyetujui kesepakatan Brexit yang dibuat pemerintahan Perdana Menteri Therea May dengan UE.
Kendati demikian, pendukung Brexit tanpa kesepakatan memilih menolak isi laporan tersebut dan menganggapnya sebagai pemicu kekhawatiran. Di lain pihak, pendukung hubungan yang dekat dengan UE menyebut janji-janji kemakmuran di luar keanggotaan UE yang disampaikan adalah kebohongan.
Analisis yang dibuat BoE dengan berdasarkan dua skenario besar yaitu, skenario 'tidak teratur' dan skenario 'gangguan'.
Skenario 'tidak teratur' berisi sejumlah asumsi, termasuk apabila Inggris akan kembali ke aturan perdagangan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan tidak membuat kesepakatan dagang baru dengan UE hingga 2022.
Baca Juga
Skenario ini menunjukkan bahwa PDB Inggris akan turun 8% pada tahun 2019 dengan tingkat pengangguran yang naik 7,5% dan harga perumahan yang turun 30%.
Selain itu, nilai mata uang poundtreling diprediksi turun 25% dengan lonjakan inflasi yang mencapai 6,5% dibanding saat ini yaitu 2,4%.
Skenario lain yang berisi asumsi bahwa sejumlah perjanjian perdagangan dengan UE akan berlanjut menunjukkan PDB Inggris hanya akan turun 3% selama lima tahun hingga 2022. Harga perumahan akan turun 14% dan tingkat pengangguran mencapai 5,75%.
Jika hubungan dagang yang lebih dekat disetujui, ekonomi Inggris akan lebih kecil 1% dibanding jika tetap menjadi anggota UE, namun lebih tinggi 1,5% dari estimasi terbaru bank sentral.
Siap untuk Skenario Terburuk
"Tugas kami bukan untuk berharap pada skenario terbaik, tapi untuk siap menghadapi yang terburuk," kata Gubernur BoE Mark Carney di konferensi pers, menekankan bahwa bank sentral Inggris bisa bertahan di skenario terburuk.
Bank sentral juga memaparkan kesepakatan yang membuat Inggris dan Uni Eropa menjalin hubungan yang dekat di masa depan dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibanding proyeksi bank sentral.
Beberapa waktu sebelumnya, pemerintahan May mengungkapkan bahwa segala skenario Brexit akan membuat perekonomian lebih buruk dibanding tetap menjadi anggota UE. Namun, dampak buruk ekonomi akan terasa hingga 2030 apabila Inggris meninggalkan blok UE tanpa kesepakatan apa pun.
Di lain pihak, laporan pemerintah dan BoE memicu kemarahan dari kelompok euroceptics garis keras, yang menganggap analisis terbaru itu adalah repetisi dari peringatan yang dikeluarkan untuk mempengaruhi pemilih pada referendum 2016.
"Saya rasa kita harus siap dengan Proyek Ketakutan Jilid 2," kata mantan menteri urusan Brexit David Davis yang hengkang dari kabinet May pada Juli lalu karena tidak setuju dengan rencana draf Brexit.
Andrew Sentance, mantan Andrew Sentance, mantan penyusun tingkat suku bunga BoE, menantang banks sentral soal skenario terburuk yang mereka asumsikan.
"Apakah ada yang benar-benar percaya semua ini sebagai skenario dunia nyata?" kata Sentance dikutip Reuters.
"BoE telah merongrong kredibilitas dan kemandirian mereka dengan memberi keunggulan [skenario Brexit sekarang] dan membandingkannya dengan perkiraan yang ekstrim," sambungnya.
Bank sentral menyanggah tuduhan telah menciptakan kekhawatiran. Gubernur BoE Mark Carney mengatakan analisis ini adalah permintaan dari parlemen.
"Analisis ini bukan untuk menakuti masyarakat, seharusnya ia memberi kepastian pada kita bahwa sekalipun skenario tersebut terjadi, sistem kita siap menghadapinya," kata Carney.