Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daya Saing Teh Perlu Dipacu

Kementerian Pertanian berharap pelaku usaha teh mau meningkatkan mutu produknya agar bisa berdaya saing dengan negara lain.
Kebun teh./Antara
Kebun teh./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian berharap pelaku usaha berbasis teh mau meningkat mutu produknya agar bisa berdaya saing dengan negara lain.

Direktur Jenderal Perkebunan Bambang menyampaikan untuk memajukan komoditas teh nasional dibutuhkan sinergitas dan peran semua pihak. Terutama, kata Bambang, petani dan industri untuk meningkatkan daya saing teh nasional. Pasalnya, berdasarkan undang-undang petani teh wajib hukumnya bermitra dengan industri.

Bambang mengungkapkan dari catatan Dirjen Perkebunan, saat ini  baru 1 produk teh Indonesia yang punya daya saing terbaik yaitu Teh Java Preanger yang sudah mendapat sertifikasi Indikasi Geografis pada tahun 2015 lalu. "Mari kita tingkat kan mutu teh Indonesia, saya harap peran Dewan Teh Indonesia untuk mendorong munculnya teh Indonesia yang berindikasi geografis dan memiliki kualitas sesuai dengan permintaan pasar," katanya Kamis (15/11).

Bambang mengungkapkan dari sisi regulator selama lima tahun ini sudah mengupayakan perhatian dan komitmen dalam bentuk pengembangan komoditas perkebunan sangat tinggi terutama untuk mengangkat produksi teh nasional. Selama 2014-2019 untuk pengembangan teh, lanjutnya, Ditjen Perkebunan sudah mengalokasikan pengembangan teh seluas 11.310 hektar yang terdiri dari intensifikasi 6.870 hektar dan rehabilitasi 4.440 hektar.

"Lokasi pengembangan tersebut dipilih sesuai lokasi yang ditetapkan Menteri Pertanian menjadi kawasan pengembangan teh nasional salah satunya provinsi Jawa Barat dengan kontribusi produksi teh nasional mencapai 71%," katanya.

Bambang menegaskan, kebijakan Ditjen Perkebunan kedepan adalah untuk mempertahankan areal teh nasional sekaligus meningkatkan produktivitas dan mutunya. "[Industri] juga perlu memperhatikan terkait keamanan pangan, karena untuk produk teh yang diekspor harus disesuaikan dengan standarisasi permintaan negara tujuan ekspor," katanya.

Walaupun secara rata-rata pertumbuhan areal dan produksi nasional 2014-2017 menurun tetapi di tahun 2018 mulai menunjukkan peningkatan dari segi produksi dari 139.360 ton menjadi 140.230 ton sampai dengan September 2018.

Bambang menjelaskan bahwa komoditas Teh sudah berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementan menunjukkan ekspor teh meningkat 1% dari 2016 sebesar Rp1,51 triliun menjadi Rp1,53 triliun pada 2017, dan sampai dengan September 2018, kontribusi ekspor teh sudah mencapai Rp1,23 triliun. Menurutnya Rusia, Malaysia dan Pakistan adalah tiga negara tujuan ekspor teh Indonesia dengan kontribusi mencapai 41%.

Sebelumnya, Dewan Teh Indonesia meyakini industri minuman daun teh di Indonesia masih bagus meskipun salah satu raksasanya sudah pailit. Produksi dan konsumsi teh dalam negeri juga ditargetkan meningkat dalam kurun waktu lima tahun mendatang.

Direktur Eksekutif Dewan Teh Indonesia (DTI) Suharyo Husen kepada Bisnis mengatakan agar  PT Sariwangi Agricultural Estates Agency yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat tidak dijadikan sebagai tolak ukur utama dalam memprediksikan industri dalam negeri. Dia menegaskan agar pelaku usaha dan masyarakat pada umumnya tidak mengeneralisir situasi satu perusahaan untuk industri nasional secara keseluruhan.

"Pailitnya Sariwangi tidak mempengaruhi industri dalam negeri secara keseluruhan. Jangan sampai digeneralisir bahwa industri dalam negeri itu colapse, tidak begitu," katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Suharyo menjelaskan pailitnya Sariwangi AEA disebabkan karena perusahaan berusaha memperluas areal tanam demi meningkatkan produksi. Jadi hal tersebut tidak berpengaruh kepada kebun atau perusahaan lain yang sudah eksisting. Selain itu, Indonesia juga masih menjadi pembicara untuk event teh kelas internasional.

Suharyo pun menjelaskan bahwa dari sektor hulu, kinerja perkebunan teh mulai membaik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menyebut luas tanam kebun teh pada 2018 hanya 114.000 hektar. Jumlah tersebut menyusut 3.000 hektar dibandingkan dengan 2017.

"Perubahan iklim yang membuat beberapa wilayah tidak cocok lagi ditanami teh jadi petani mengubah komoditasnya,"ungkapnya.

Meski begitu, dia mengatakan produksi pada tahun ini jauh lebih bagus daripada tahun lalu. Pasalnya perkebunan teh nasional sudah mencatatkan produksi sebesar 140.000 ton sedangkan tahun lalu hanya 130.000 ton. Artinya ada peningkatan produktivitas meskipun lahan berkurang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper