Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program Perhutanan Sosial capai 2,13 Juta Ha

Realisasi program Perhutanan Sosial sampai dengan November 2018 sudah mencapai luas 2,13 juta hektar (ha) atau 16,8% dari total target sebesar 12,7 juta ha.
Presiden Joko Widodo memanen jagung bersama petani saat panen raya jagung di Perhutanan Sosial, Ngimbang, Tuban, Jawa Timur/ANTARA-Zabur Karuru
Presiden Joko Widodo memanen jagung bersama petani saat panen raya jagung di Perhutanan Sosial, Ngimbang, Tuban, Jawa Timur/ANTARA-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA -- Realisasi program Perhutanan Sosial sampai dengan November 2018 sudah mencapai luas 2,13 juta hektar (ha) atau 16,8% dari total target sebesar 12,7 juta ha.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan untuk meningkatkan capaian, akan terus melakukan langkah-langkah akselerasi melalui penyederhanaan prosedur dan perizinan, memperkuat kelembagaan dan kemitraan, memberikan pendampingan.

"Dan membangun sistem monitoring dan evaluasi Perhutanan Sosial," ujarnya di Bandung, seperti keterangan resmi yang diterima, Minggu (12/11/2018).


Menko Darmin menerangkan, program Perhutanan Sosial dirancang untuk memberikan hak akses kelola kawasan hutan kepada masyarakat sebagai bagian dari Kebijakan Reforma Agraria Nasional.


Program ini bertujuan untuk mempercepat pemerataan ekonomi, terutama terkait dengan ketersediaan lahan bagi kelompok masyarakat kecil.


“Program Perhutanan Sosial diyakini sebagai salah satu instrumen penting yang akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, mengurangi angka pengangguran, dan menurunkan tingkat kemiskinan,” ujarnya.


Melalui program Perhutanan Sosial ini, lanjut Darmin, masyarakat tidak hanya diberikan akses kelola selama 35 tahun yang dapat diperpanjang dan diwariskan, tetapi juga akan mendapatkan insentif ekonomi seperti bantuan permodalan, akses pasar, dan pendampingan yang dikelola secara klaster.


Melalui sistem klaster ini, lahan dikelola secara berkelompok dengan satu jenis komoditas unggulan tertentu agar skala ekonominya dapat meningkat.


Satu klaster bisa saja terdiri dari dua atau tiga desa, tergantung dari luas lahan yang ada serta jumlah petani yang tinggal di desa tersebut.


“Kita akan mendorong terciptanya transformasi ekonomi desa dari ekonomi yang subsisten ke komersial. Dengan kata lain mengorporasikan kerjasama kelompok sehingga skala ekonomi, pemilihan tanah budidaya dan paska panen menjadi lebih baik,” tegas Darmin.


Kemudian, untuk menjamin kelangsungan pendapatan petani atau penggarap dari waktu-ke-waktu, pemerintah merancang komposisi pemanfaatan lahan yang ideal sehingga dalam waktu yang bersamaan, petani dapat menanam jenis tanaman tahunan, seperti pohon kopi, sengon dan pinus, serta tanaman musiman, seperti nanas dan jagung.


Sementara untuk menjaga kecukupan pendapatan petani atau penggarap, pemerintah merancang komposisi bagi-hasil yang adil sehingga keuntungan hasil pengelolaan budidaya di lahan perhutanan sosial lebih dinikmati oleh petani.


Sementara itu, dengan bertempat di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung, Presiden RI Joko Widodo kembali menyerahkan Surat Keputusan (SK) Perhutanan Sosial kepada masyarakat Jawa Barat, Minggu (11/11).

Penyerahan SK Perhutanan Sosial tersebut dalam rangka pemanfaatan kawasan hutan negara oleh masyarakat yang dilindungi pemerintah.

SK diberikan dalam bentuk Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) sebanyak 14 Unit SK IPHPS, seluas 2.943 ha untuk 2.252 Kepala Keluarga (KK).

Selain itu, SK juga diberikan dalam bentuk skema Pengakuan dan Perlindungan Kemitraan Kehutanan (KULIN KK) sejumlah 23 Unit SK Kulin KK dengan luas 5.674 Ha untuk 3.207 KK, sehingga total keseluruhannya 37 Unit SK seluas 8.617 Ha untuk 5.459 KK.

Presiden Jokowi berharap lahan tersebut betul-betul dimanfaatkan masyarakat untuk hal yang lebih produktif dan juga harus fokus pada produk unggulan.

"Ini semua untuk kesejahteraan Bapak/Ibu sekalian, untuk pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia,” ujar Presiden Joko Widodo, Minggu (11/11).

Adapun sebagai upaya perlindungan dan menjaga kelestarian hutan pada areal Hutan Sosial di Jawa Barat ini, pemerintah pun memberikan bantuan berupa Kebun Bibit Rakyat (KBR) untuk 10 kelompok dengan biaya masing-masing Rp 100.000.000,-.

KBR ini diantaranya juga akan membuka kesempatan kerja dan memberi peluang usaha tani terutama buah-buahan atau hortikultura.

Adapun rincian SK IPHPS dan SK KULIN KK yang diberikan di Jawa Barat tersebut, yakni Kab. Cianjur sebanyak 2 SK Kulin KK seluas 1.163 Ha untuk 346 KK; Kab. Cirebon sebanyak 1 SK Kulin KK seluas 103 Ha untuk 73 KK; Kab. Garut sebanyak 11 SK Kulin KK seluas 2.310 Ha untuk 1.216 KK dan 8 SK IPHPS seluas 861 Ha untuk 902 KK; Kab. Indramayu sebanyak 1 SK Kulin KK seluas 363 Ha untuk 370 KK dan 2 SK IPHPS seluas 450 Ha untuk 297 KK;

Kemudian, Kab. Bandung sebanyak 1 SK Kulin KK seluas 306 Ha untuk 137 KK dan 3 SK IPHPS seluas 1.255 Ha untuk 907 KK; Kab. Majalengka sebanyak 5 SK Kulin KK seluas 1.081 Ha untuk 901 KK; Kab. Sukabumi sebanyak 1 SK Kulin KK seluas 64 Ha untuk 54 KK dan 1 SK IPHPS seluas 377 Ha untuk 146 KK; dan Kab. Sumedang sebanyak 1 SK Kulin KK seluas 284 Ha untuk 110 KK.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut antara lain Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, serta perwakilan kementerian/lembaga terkait lainnya


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper