Bisnis.com, JAKARTA—Bank Sentral AS (Federal Reserve) menahan suku bunga tidak berubah pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berakhir pada Kamis (8/9/2018).
Selanjutnya, The Fed diyakini secara meluas akan mengerek fed funds rate (FFR), yang saat ini berada di level 2,00%—2,25%, pada FOMC Desember.
Adapun otoritas moneter AS tersebut menyampaikan bahwa aktivitas akonomi telah melaju cepat dan pasar pekerja telah sangat kuat, sehingga kenaikan suku bunga secara gradual dapat dilanjutkan.
“Pasar pekerja terus menguat… aktivitas ekonomi telah meningkat dalam laju cepat,” tulis The Fed setelah FOMC berakhir, seperti dikutip Reuters, Jumat (9/11/2018).
Menurut hasil FOMC, risiko untuk outlook perekonomian ke depannya juga telah lebih seimbang, atau sama saja seperti yang disebutkan dalam rapat FOMC September.
Data ekonomi, seperti perkiraan inflasi yang turun sedikit dalam beberapa pekan terakhir dipandang “berubah sedikit, tetap seimbang”, atau juga sama seperti rapat kebijakan sebelumnya.
“Tidak ada hal yang baru dalam rapat sekarang dan yang sebelumnya [pada tahun ini], mereka [The Fed] akan terus menaikkan suku bunga sebesar 25 bps [pada Desember],” kata James Kahn, Profesor Ekonomi di Yeshiva University dan mantan Wakil Gubernur di The Fed Wilayah New York, seperti dikutip Bloomberg.
Dia menilai, bahasa The Fed kini telah didesain untuk tidak terlalu melihat jauh ke depan sehingga para pembuat kebijakan memiliki fleksibilitas.
Adapun Rapat FOMC kali ini juga akan menjadi rapat kebijakan terakhir yang tidak diikuti oleh konferensi pers dan rapat FOMC Desember akan menjadi yang terakhir kalinya bagi Gubernur Fed untuk menyampaikan briefing kuartalan.
Pada rapat kebijakan tahun depan, Gubernur Bank Sentral AS akan berbicara kepada reporter di setiap rapat FOMC.
Lebih lanjut dengan tetap membuka pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga yang keempat kalinya pada Desember, para pembuat kebijakan tampak masih berada di dalam jalur pengetatan secara gradual, atau ingin memperpanjang masa ekspansi ekonomi tanpa membuat kesalahan.
Pasalnya, membuatkan kebijakan moneter yang terlalu longgar berisiko memicu inflasi berlebih dan gelembung aset, sementara pengetatan yang terlalu laju dapat menyebabkan resesi.
Saham-saham di AS dan dolar AS tetap melanjutkan penguatan setelah The Fed menyampaikan hasil FOMC, dengan indeks S&P 500 terpantau ditutup melemah tipis 0,3% menjadi 2.806,83. Sementara yield Treasury AS menguat 3,24% pada pukul 16.15 waktu New York.
Adapun setahun sejak diangkat menjadi orang nomor satu di The Fed, Jerome Powell telah menyaksikan perekonomian AS berada di posisi menguntungkan.
Pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh 3% selama empat kuartal terakhir dan inflasi menembus target 2%—yang pertama kali diperkenalkan pada 2012—pada September.
Sementara itu, tingkat pengangguran berada di level 3,7%, atau terendah selama 48 tahun serta kenaikan upah dan permintaan untuk pekerja terus mendorong masyarakat memasuki dunia kerja Hal itu pun membantu mengurangi efek pensiunan dari masa baby boomers.
Selanjutnya, The Fed akan memperbarui prospek kebijakan moneter dalam FOMC Desember. Sebelumnya, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali lagi pada 2019.