Bisnis.com, JAKARTA - Pemanfaatan pusat inovasi komponen elektronika diyakini dapat memangkas impor sebesar 20% pada 2021.
Ngakan Timur Antara, Kepala Badan Penelitian dan Pengambangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian menuturkan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung disiapkan menjadi ujung tombak sarana riset dan perekayasaan industri elektronika.
Pada balai besar itu pihaknya juga menyiapkan laboratorium pengujian untuk komponen elektronika seperti resistor, switch dan relay, inductor, lilitan, hingga baterai. Sektor elektronika juga telah dijadikan percontohan dalam peta jalan
Making Indonesia 4.0.
"Hal ini [riset dan pengujian akan] meningkatkan suplai bahan baku dasar domestik dan membangun kemampuan manufaktur komponen bernilai tambah tinggi," kata Ngakan dalam keterangan tertulis, Jumat (19/10/2018).
Hasil riset dan pengembangan dari B4T Bandunb ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para produsen lokal. Sehingga pada akhirnya diperkirakan dapat mengurangi rasio impor untuk komponen elektronika sebesar 20% hingga 2021.
"Sehingga kita dapat membangun manufaktur kelas atas, seperti yang memiliki kemampuan dalam industri komponen ponsel dan baterai untuk kendaraan listrik," ujarnya.
Selain memanfaatkan pusat penelitian milik Kemenperin, Ngakan menyebutkan diperlukan upaya bersama memacu terciptanya inovasi lokal. Bentuknya dapat dengan membangun litbang nasional, pemberian insentif litbang swasta, hingga transfer teknologi dari perusahaan kelas dunia.
"Jadi, nantinya selain assembly, kita juga mampu untuk mendesain dan menghasikan produk komponen elektronika yang inovatif dengan ditunjang tenaga kerja terampil," katanya.
Harjanto, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin menyampaikan pihaknya juga fokus mendorong peningkatan investasi pada sektor elektronika.
Kemenperin mencatat, investasi industri elektronika mencapai Rp8,34 triliun pada 2017 lalu, terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp7,65 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sekitar Rp690 miliar.
Investasi ini membuat jumlah usaha sektor ini turut berkembang. Pada 2016 ercatat pelaku usaha elektronik terdiri dari 57 usaha, lalu naik menjadi 67 usaha pada tahun lalu.
"Kemenperin menargetkan, pertumbuhan populasi sektor ini di 2018 bisa mencapai lebih dari 72 unit usaha," katanya.
Harjanto menyebutkan investasi yang masuk tersebar pada industri televisi, peralatan perekam, consumer electronics, dan peralatan fotografi.
Selain itu, terdapat juga industri komponen, antara lain sektor manufaktur untuk baterai dan aki, peralatan lighting elektrik, peralatan elektrotermal rumah tangga, serta domestic appliances.