Bisnis.com, JAKARTA – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia mengungkapkan Hari Pangan Sedunia16 Oktober semestinya menjadi momentum pemulihan ekosistem lingkungan hidup yang lebih baik.
“Produksi pangan saat ini sangat dipengaruhi kondisi lingkungan hidup. Rusaknya lingkungan hidup cepat atau lambat akan mengancam kedaulatan pangan, bukan hanya di Indonesia melainkan juga dunia,” demikian pernyataan resmi Walhi yang diterima Bisnis, Rabu (17/10/2018).
Berdasarkan laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim/The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang terbit pada 8 Oktober 2018, pemanasan global akibat aktivitas manusia telah mencapai sekitar 1o Celcius pada 2017 dibandingkan masa pra-industri dan terus meningkat sekitar 0,2o Celsius setiap sepuluh tahun.
Jika emisi global terus meningkat dengan kecepatan seperti sekarang, pemanasan global akan melewati batas 1,5o Celsius antara 2030 sampai 2052.
Kenaikan suhu akan mengakibatkan rata-rata permukaan laut global meningkat, mengganggu masyarakat di daerah dataran rendah dan meningkatkan risiko bencana ekologis.
“Kondisi ini pada akhirnya berakibat pada berkurangnya produksi pangan, akibat bencana yang meningkat, bukan hanya di daratan, peningkatan suhu akan berakibat pada wilayah pesisir, serta kondisi perikanan di lautan akibat rusaknya terumbu karang akibat kenaikan suhu iklim,” lanjut Walhi.
Dana Internasional untuk Pengembangan Agrikultural/ International Fund for Agricultural Development (IFAD) mencatat pada 2015, produksi pertanian Indonesia turun 21% akibat perubahan iklim.
Analisis mengenai dampak perubahan iklim terhadap produksi padi di Jawa saja menunjukkan bahwa produksi padi pada tahun 2025 dan 2050 masing-masing akan berkurang sebesar 1,8 juta ton dan 3,6 juta ton dibandingkan dengan tingkat produksi padi saat ini.