Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sears Bangkrut, Ini Kata Warren Buffett Soal Bisnis Ritel

Permohonan pailit yang diajukan raksasa ritel Amerika Serikat (AS) Sears Holdings Corp. awal pekan ini mungkin tidak memberi kejutan bagi banyak pihak, terutama Warren Buffett.

Bisnis.com, JAKARTA – Permohonan pailit yang diajukan raksasa ritel Amerika Serikat (AS) Sears Holdings Corp. awal pekan ini mungkin tidak memberi kejutan bagi banyak pihak, terutama Warren Buffett.

Seperti banyak dikabarkan, pemilik jaringan ritel Sears dan Kmart tersebut mengajukan kebangkrutan pada Senin (15/10/2018) serta mengumumkan penutupan 142 toko tambahan. Eddie Lampert pun setuju untuk mundur sebagai CEO perusahaan.

Untuk catatan saja, pada kuartal I/2018, perusahaan mengalami rugi bersih US$424 juta, jauh di bawah capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan laba bersih US$245 juta.

Adapun pendapatan kuartal I/2018 merosot 31,2% menjadi hanya US$2,89 miliar. Terpangkasnya penjualan sebagian disebabkan oleh penutupan toko.

Dilansir Reuters, hakim kepailitan AS pada Senin menyetujui dana pinjaman US$300 juta untuk operasional Sears selama musim liburan ini. Peritel yang pernah menjadi ikon di AS ini juga akan menjual tokonya demi menopang biaya operasional.

Bahkan Presiden AS Donald Trump ikut prihatin dengan kondisi yang dialami Sears. “Untuk seseorang di masa saya, Sears Roebuck adalah sesuatu yang besar. Sears telah sekarat selama bertahun-tahun,” ujar Trump kepada awak media pada Senin.

Memang, maraknya perdagangan elektronik atawa e-commerce telah lama mengancam nasib para peritel. Tapi jauh sebelum terjadi, kejatuhan Sears dan Lampert ternyata pernah diperkirakan oleh Buffett sekitar 13 tahun yang lalu.

Dalam sebuah wawancara antara tokoh ternama di dunia bisnis itu dan sekelompok mahasiswa University of Kansas yang telah beredar sejak tahun 2005, Buffett dimintai pendapatnya tentang Lampert berikut upaya untuk membalik kondisi yang dialami Sears.

CEO Berkshire Hathaway itu sekonyong-konyong memaparkan roadmap kinerja peritel berusia lebih dari seabad itu yang terus menurun.

“Eddie adalah orang yang sangat pintar, tetapi menempatkan Kmart dan Sears bersama adalah sesuatu yang sulit,” kata Buffett, seperti dilansir Business Insider.

“Membalik [kondisi] peritel yang sudah lama tergelincir akan sangat sulit. Dapatkah Anda memikirkan contoh peritel yang [kondisinya] berhasil dibalik?”

Buffett juga membandingkan hal tersebut dengan pengalamannya berinvestasi di ritel pada 1970-an. Baginya, perubahan yang konstan atas preferensi konsumen membuat mustahil bagi para peritel untuk mengejar ketertinggalan dari toko-toko yang lebih berpikiran ke depan.  

“Pada tahun 1966, kami membeli department store Hochschild Kohn di Baltimore. Dengan cepat kami belajar bahwa itu tidak akan menjadi pemenang, jangka panjang, dalam waktu yang sangat singkat,” ungkap Buffett.

“Kami memiliki sistem distribusi yang kuno. Kami melakukan segalanya dengan benar. Kami memasang eskalator. Kami memberi lebih banyak kredit. Kami memiliki orang hebat yang menjalankannya, dan kami masih belum bisa menang. Jadi kami menjualnya sekitar tahun 1970. Toko itu tidak ada lagi.”

Buffett menegaskan bahwa keberadaan seseorang yang dinilai cakap tidak cukup bagus untuk  menjalankan dan membalik kondisi sebuah perusahaan ritel.

Menurutnya, pesaing lain seperti Costco dan Walmart dapat memberikan penawaran yang lebih baik saat beroperasi dengan margin yang lebih kecil, sehingga sulit bagi Sears dan Kmart untuk bersaing.

“Sebagai perbandingan, department store memiliki 35% margin kotor. Sangat sulit untuk bersaing dengan penawaran terbaik bagi pelanggan. Department store akan mempertahankan pelanggan lama mereka yang memiliki kebiasaan berbelanja di sana, tetapi mereka tidak akan menarik yang baru,” lanjut Buffett.

Inilah yang telah terjadi. Fokus pada langkah efisiensi toko maupun sumber daya di bawah kepemimpinan Lampert tidak menghasilkan penjualan atau keuntungan yang berkelanjutan.

“Berapa banyak peritel yang benar-benar tenggelam, dan kemudian kembali?” kata Buffett. “Tidak banyak. Saya tidak bisa memikirkan satu pun.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper