Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Core Mohammad Faisal mengatakan bahwa penurunan kinerja ekspor pada bulan September menujukan kebijakan yang diterapkan pemerintah belum bekerja dengan baik.
Dia melihat, ekspor bulanan masih menunjukan tren yang cenderung negatif dan belum menunjukan pergerakan yang atraktif.
Surplus yang terjadi pada September tak bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan pengimplementasian kebijakan untuk mendorong ekspor.
"Surplus terjadi bukan karena ekspornya atraktif, tetapi karena pertumbuhan impornya justru melambat lebih dalam," kata Faisal, Senin (15/10/2018).
Faisal menjelaskan, masalah utama kinerja ekspor adalah pada daya saing. Produk Indonesia tercatat memiliki daya saing yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lainya misalkan dengan Vietnam.
Dengan produk yang hampir sama dan pasar terbesar juga sama yakni China, rendahnya daya saing tersebut memengaruhi permintaan ekspor dari Indonesia.
Baca Juga
"Saya kira diversifikasi atau kebijakan apapun itu soal lain. Paling utama yang harus dilakukan pemerintah adalah memperbaiki daya saing produk Indonesia," jelasnya.