Bisnis.com, JAKARTA — PT Panasonic Gobel Indonesia menargetkan pangsa pasar pendingin udara atau air conditioner dapat meningkat menjadi 25% pada akhir 2018 dari posisi saat ini sebesar 22,3%, seiring dengan peluncuran produk baru.
Seigo Saifu, Presiden Direktur Panasonic Gobel Indonesia, menjelaskan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial di Asia Tenggara, seperti halnya Vietnam, Philipina, dan Thailand.
Dia menjelaskan berkembangnya kelas menengah di Indonesia juga diikuti dengan kenaikan permintaan pasar terhadap produk pendingin ruangan.
Heribertus Ronny, Assistant General Manager Air Conditioner Panasonic Gobel Indonesia, menambahkan bahwa peningkatan kebutuhan terhadap pendingin udara di kota-kota besar akan terus membawa angin segar bagi produsen.
Menurutnya, masyarakat di kota besar seperti Jakarta kini sudah terbiasa menggunakan pendingin udara. Sejalan dengan pembangunan gedung yang semakin menggeliat, permintaan terhadap air conditioner (AC) juga ikut meningkat.
“Ini juga salah satu tren yang saya amati, begitu infrastuktur terutama di Jakarta ini sudah berjalan, contohnya MRT jalan, terus LRT jalan, busway makin banyak, semua orang akan terbiasa dengan AC,” tutur Ronny, Selasa (9/10/2018).
Tren tersebut dapat ditangkap oleh pelaku industri dengan memproduksi pendingin udara yang sesuai kebutuhan pasar. Ronny menjelaskan, Panasonic memproduksi AC dengan berbagai tipe untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat.
Teranyar, perseroan meluncurkan produk AC terbaru bernama si-BiRU. Perusahaan yang sudah 60 tahun bergelut memproduksi AC ini menawarkan AC ramah lingkungan dengan daya tahan yang bandel.
Panasonic meluncurkan produk AC Si-BiRU dalam empat tipe. Heribertus Ronny, Assistant General Manager Air Conditioner Panasonic Gobel, menjelaskan produk tersebut telah sesuai dengan standar efisiensi minimum AC yang berlaku.
Dia menyatakan, dengan AC tersebut, biaya listrik yang diperlukan dalam sehari hanya Rp8.700, dengan pemakaian selama 8 jam. “AC paling hemat menurut standar pemerintah,” tutur Ronny.
Sementara itu, terkait dengan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Panasonic meyakini mampu bertahan dalam kondisi tersebut. Melemahnya nilai tukar, ujar Ronny, turut memengaruhi penjualan.
Saat rupiah loyo, perusahaan akan melakukan penyesuaian harga sehingga membuat penjualan ikut tertekan. Namun, lanjutnya, kenaikan harga produknya tidak sebesar pelemahan nilai tukar rupiah karena tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang besar yaitu 31%.
“Penguatan dolar AS tetap membawa pengaruh karena beberapa komponen didatangkan dari pabrik Panasonic di luar negeri,” ujar Ronny.
Dia menjelaskan, salah satu komponen utama yang terdampak pelemahan rupiah adalah compressor. Komponen tersebut diproduksi di Malaysia yang merupakan pemasok utama compressor ke pabrik-pabrik lain.