Bisnis.com, JAKARTA — Tren nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS membuat beban operasional pengusaha alat berat meningkat.
Mereka memilih untuk menggarap kontrak dari sektor pertambangan untuk menjaga kinerja usaha.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha dan Pemilik Alat Berat dan Konstruksi Seluruh Indonesia (Appaksi) Dipar Tobing mengatakan bahwa kurs rupiah yang melemah telah membuat harga suku cadang naik hingga 20%. Pergerakan kurs amat berpengaruh terhadap beban operasional karena suku cadang masih didatangkan dari luar negeri.
Pekan lalu kurs rupiah sudah tembus ke level Rp15.000 per dolar Amerika Serikat. "Spare part sudah naik 20%, tapi tarif [sewa] kami belum bisa naik karena sudah kontrak [dengan klien]. Jadi, [kondisinya] makin berat," katanya kepada Bisnis.com, pekan lalu.
Menurut Dipar, sejauh ini kalangan pengusaha dan pemilik alat konstruksi belum berencana menaikkan harga sewa.
Anggota Appaksi, ujarnya, masih perlu berhitung sebelum memutuskan penyesuaian harga sewa alat konstruksi.
Baca Juga
Kendati demikian, para pengusaha, menurut Dipar, masih bisa mereguk kontrak dari sejumlah pekerjaan konstruksi maupun pertambangan. Secara khusus, anggota Appaksi lebih melirik kontrak-kontrak dari sektor pertambangan. Pasalnya, sektor ini kembali menggeliat seiring dengan kenaikan harga batu bara. Walhasil, permintaan terhadap alat-alat berat pun meningkat.