Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani: Pelemahan Rupiah Dipengaruhi Penguatan Ekonomi AS

Pemerintah menerangkan menguatnya perekonomian AS menjadi penyebab utama mata uang Garuda terus tergerus dalam sepekan terakhir.
Transkasi penukaran uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9)./Reuters-Willy Kurniawan
Transkasi penukaran uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah menerangkan menguatnya perekonomian AS menjadi penyebab utama mata uang Garuda terus tergerus dalam sepekan terakhir.

Hingga Jumat (5/10/2018) pukul 14.04 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 0,05% ke level Rp15.187 per dolar AS.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian AS yang menguat memengaruhi likuiditas di negara-negara emerging market.

"Jadi, menyikapi berkembangnya perekonomian terutama yang terjadi di AS sangat kuat, yang kemudian menimbulkan sentimen terhadap dolar AS dan beberapa risiko yang berasal dari negara-negara berkembang," jelasnya di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Jumat (5/10).

Menkeu menyatakan pihaknya bersama Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian akan terus memperbaiki dan merespons kebijakan yang sudah ada selama ini.

"Dampaknya dimonitor dan bagaimana kita terus memperkuatnya," imbuhnya.

Tekanan dolar AS terhadap rupiah kembali berlanjut hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka melemah 11 poin atau 0,07% di level Rp15.190 per dolar AS.

Pergerakan mata uang Garuda kemudian terpantau kembali melemah 13 poin atau 0,09% ke level Rp15.192 per dolar AS pada pukul 08.11 WIB.

Adapun pada perdagangan Kamis (4/10), rupiah berakhir melorot 104 poin atau 0,69% di posisi Rp15.179 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS  terpantau dibuka dengan kenaikan tipis 0,01 poin atau 0,01% di level 95,761. Kemarin, indeks dolar AS berakhir turun tipis 0,01% atau 0,011 poin ke posisi 95,751.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper