Bisnis.com, JAKARTA – Produsen kemas kaleng masih menghentikan produksi lini pengalengan ikan karena tersendatnya permintaan dari industri pengolahan ikann
Halim Parta Wijaya, Ketua Asosiasi Pengusaha Kemas Kaleng Indonesia (APKKI) menuturkan berdasarkan laporan yang diterimanya dari anggota asosiasi, produsen kemas kaleng terpaksa mengalihkan lini bisnis pembuatan kemasan kaleng untuk produk perikanan karena belum pulihnya kodisi pasar.
“Laporannnya stok ikan kaleng masih tersedia sampai setelah lebaran tahun depan,” kata Halim pekan lalu.
Dia menyebutkan, akibat kendala ini perusahaan pembuat kemas kaleng khusus perikanan menderita lebih panjang. Terdapat empat sampai lima perusahaan yang memproduksi khusus kemasan kaleng produk perikanan. Pasalnya produk perikanan selama ini merupakan pembeli kemas kaleng yang cukup signifikan, akibatnya lini ini terpaksa dihentikan atau dialihkan.
“Permintaan kaleng untuk lainnya seperti buah kaleng tidak sebesar produk perikanan,” katanya.
Produsen kaleng membutuhkan waktu 5 bulan sebelum mengirim produksinya ke industri pengalengan makanan. Artinya perusahaan telah menumpuk stok bahan baku, dari jauh-jauh hari.
"Mudah-mudahan masalah ini tidak terlalu lama. Semoga segera ada jalan keluarnya," ujarnya.
Pada April 2018 lalu Badan Pengawas Obat dan Makanan mengumumkan adanya 27 merek produk ikan makarel kalengan, yang terdiri atas 138 bets ikan makarel, positif mengandung parasit cacing.
“Sebanyak 16 merek di antaranya merupakan produk impor dan 11 lainnya merupakan produk lokal,” ujar Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito kala itu.
Penemuan tersebut merupakan hasil dari pengujian terhadap 541 sampel ikan dalam kemasan kaleng yang terdiri atas 66 merek yang beredar di seluruh Indonesia. Untuk produk impor yang positif mengandung cacing, kata Penny, tim BPOM telah menelusuri hingga daerah asal produk itu dikirim, termasuk wilayah perairan tempat importir mengambil ikan.
Halim mengharapkan pemerintah gencar mensosialisasikan bahwa ikan dalam kemasan kaleng aman dimakan. Permasalahan yang terjadi adalah produk ikan Makarel, bukan ikan kaleng secara keseluruhan.
“Nyatanya dilapangan yang terkena seluruh ikan dalam kaleng,” katanya.