JAKARTA — PT Trans Tol Jabar, operator jalan tol Bogor—Ciawi—Sukabumi atau Bocimi tetap menargetkan pengoperasian seksi 1 sepanjang 15,35 kilometer berlangsung pada Oktober 2018 kendati masih ada kendala pembebasan lahan.
Direktur Utama PT Trans Tol Jabar Muhmmad Sadali mengakui bahwa masih ada beberapa bidang lahan yang belum bisa dibebaskan sehingga target awal perseroan untuk mengajukan uji layak operasi (ULO) pada Agustus 2018 lalu mundur.
Bidang lahan yang belum bebas berada di area ramp atau akses keluar masuk jalan tol, sedangkan konstruksi jalan utama sudah rampung.
"Kami meminta bantuan BPN [Badan Pertanahan Nasional] untuk percepatan lahan yang mengganggu konstruksi," ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu.
Menurutnya, para pemilik lahan secara prinsip berkenan lahan mereka digunakan untuk pembangunan jalan tol. Namun, proses peralihan lahan masih berkutat di BPN.
Lahan di area ramp memang amat krusial karena menjadi akses masuk dan keluar pengguna kendaraan dari dan menuju jalan tol.
Baca Juga
Sadali berharap agar pembebasan lahan bisa segera tuntas sehingga target perseroan mengoperasikan jalan tol Bocimi bisa terealisasi pada akhir Oktober 2018.
Sebelumnya, pembebasan lahan yang terlambat membuat target operasi mundur dari semula September 2018 menjadi Oktober 2018.
Berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol, pembangunan jalan tol Bocimi menelan investasi Rp15,95 triliun.
Konsesi tol tersebut kini dimiliki oleh PT Waskita Toll Road melalui PT Trans Jabar Tol selama 45 tahun. Waskita Toll Road sebelumnya mengakuisisi ruas ini pada 2015 dari Grup MNC. Adapun, MNC juga mengakuisisi konsesi Bocimi dari PT Bakrie Toll Road pada 2014.
Secara keseluruhan, jala tol Bocimi terdiri atas empat seksi dengan panjang ruas 54 kilometer.
Setelah seksi 1, tol Bocimi berlanjut di seksi 2 sejauh 11,90 km yang menghubungkan Cigombong—Cibadak. Selanjutnya seksi 3, ruas Cibadak—Sukabumi Barat terhubung sejauh 13,70 kilometer.
Kemudian seksi 4 menghubungkan Sukabumi Barat—Sukabumi Timur sepanjang 13,05 kilometer.