Bisnis.com, JAKARTA — Lelang investasi jembatan tol Balikpapan—Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur sepanjang 7,60 kilometer yang diprakarsai investor ditargetkan dapat dilakukan pada akhir September 2018.
Target tersebut diperkirakan dapat terealisasi dengan catatan badan usaha pemrakarsa proyek senilai Rp16,50 triliun itu dapat menyelesaikan seluruh dokumen pendukung sebagai syarat pembangunan proyek tersebut paling lambat pada akhir bulan ini.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Herry Trisaputra Zuna mengatakan bahwa dalam pertemuan terakhir dengan wakil dari pemrakarsa jembatan tol tersebut, evaluasi final atas studi kelayakan dan dokumen pendukung direncanakan dapat disampaikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada akhir bulan ini.
“Mereka sedang finalisasi gambar. Sebelumnya, jadwal mereka [finalisasi studi kelayakan dan dokumen pendukung] dapat disampaikan pada September, tetapi terakhir bertemu mereka bilang bisa disampaikan pada akhir bulan ini,” kata Herry kepada Bisnis, awal pekan ini.
Dengan asumsi desain final proyek dapat dipaparkan pada akhir bulan ini, Herry memperkirakan lelang investasi bisa dimulai pada akhir bulan depan.
Pasalnya, dia mengatakan proyek tol tersebut tidak membutuhkan pembebasan lahan yang terlalu banyak sehingga proses penetapan lokasi (penlok) dinilai dapat selesai lebih cepat.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, proyek tersebut diinisiasi oleh konsorsium PT Waskita Toll Road (dengan kepemilikan saham 60%), PT KBK-Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (20%), Perusda Benua Taka Kabupaten Panajam Passer Utara (15%), dan Pemerintah Kota Balikapapan (5%).
Adapun, izin prakarsa pembangunan proyek tersebut didapatkan dari Menteri PUPR per 13 Maret lalu.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto mengharapkan proyek tersebut dapat mulai dibangun pada tahun ini. Saat ini, perusahaan menyelesaikan finalisasi trase dan penlok.
"Kami berharap [pembangunannya] bisa dimulai tahun ini juga karena jembatan tol tidak membutuhkan pembebasan lahan yang banyak. Paling [kebutuhan lahan] hanya di ujungnya saja," ujar Herwidiakto belum lama ini.