Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan fisik kawasan petrokimia terpadu oleh Genting Energy di Teluk Bintuni, Papua diperkirakan dimulai pada 2019.
External Affairs Manager Genting Energy Listriyanto menuturkan bahwa pembangunan proyek itu saat ini masih berada dalam fase persiapan. Kawasan yang akan dibangun merupakan kawasan petrokimia dengan bahan baku gas.
“Saat ini kami rasa pengembangannya masih on schedule,” kata Listriyanto kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Menurutnya, dalam tahapan yang disusun perusahaan dan telah disetujui pemerintah, pekerjaan fisik akan dimulai pada pertengahan 2019 berupa pekerjaan permulaan, sedangkan konstruksi pembangunan kawasan terpadu baru akan dimulai pada 2020.
Dalam pembangunan kawasan petrokimia terpadu ini, Genting Energy menggandeng perusahaan asal China, Shanghai Huayi Group.
Perusahaan pada tahap awal akan mengolah gas dari lapangan yang diolah Genting menjadi metanol. Produk ini kemudian dapat diolah menjadi berbagai bahan antara seperti polietilena, polyethylene terephthalate, hingga polipropilena yang digunakan sebagai bahan baku plastik dan kemasan.
Baca Juga
Dari gas yang dimiliki oleh Genting, kawasan petrokimia terpadu ini rencananya memiliki kapasitas 1,80 juta ton per tahun. Dari jumlah ini 600.000 ton akan dialokasikan untuk keperluan dalam negeri, sedangkan 1,20 juta ton lainnya akan diekspor.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu rencana detail pengembangan petrokimia di Bintuni itu.