Bisnis.com, JAKARTA —Tingginya gelombang laut di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat tak digubris oleh nelayanan tradisional ketika musim panen ikan Tongkol Lisong di perairan sekitar Pelabuhanratu.
Okih Fajri, Ketu Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi, perairan di sekitar Pelabuhanratu sedang musim panen ikan togkol lisong.
Itulah sebabnya para nelayan tradisional tetap nekad melaut demi mencari sumber penghasilan di tengah risiko gelombang tinggi dua hingga empat meter.
“Namun kami yakin nelayan yang mencari ikan tersebut sudah mempunyai perhitungan yang matang,” ujarnya hari di Sukabumi hari ini Senin (23/7/2018) seperti dikutip Antara.
Dia menambahkan gelombang tinggi laut selatan Sukabumi dipengaruhi cuaca buruk yang dipengaruhi kecepatan angin mencapai 30 kilometer per jam.
"Prakiraan cuaca yang kami terima dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ketinggian gelombang di perairan laut Sukabumi dua hingga empat meter, bahkan di luar Teluk Palabuhanratu gelombang bisa saja lebih tinggi," kata Okih.
FKSD, lanjutnya, sudah mengimbau kepada nelayan apalagi yang menggunakan kapal kecil atau tradisional agar lebih baik tidak melaut dahulu khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan laut.
Kalau pun nelayan harus melaut demi panen ikan tongkol lisong, mereka diwajibkan menggunakan life jacket atau pelampung demi keselamatannya selama menjaring ikan di laut.
Hingga saat ini, lanjut Okih, pihaknya belum menerima laporan adanya nelayan atau wisatawan maupun warga yang mengalami kecelakaan laut.
"Kami sudah siagakan anggota untuk memantau aktivitas di laut, sehingga jika ada laporan kecelakaan laut bisa langsung ditanggulangi untuk meminimalisasikan korban," katanya.
Okih menambahkan nelayan yang menggunakan kapal jenis congkreng dan sope selama gelombang tinggi ini melaut tidak sampai keluar Teluk Palabuhanratu, karena gelombang di luar teluk lebih tinggi dan kapal kecil kemungkinan sulit untuk mengarunginya.