Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Teknik dan Manajemen Risiko PT Pelindo II Dani Rusli mengatakan pihaknya membutuhkan dukungan antarkementerian dan pemerintah provinsi/daerah guna mempercepat progres pembangunan Kanal Cikarang Bekasi Laut, CBL.
Selain Pelindo II, memang ada beberapa instansi lain yang terlibat terkait pembangunan ini antara lain Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian ATR/BPN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bekasi.
"Dari Pemprov Jabar kami perlu endorsement dari sisi Penlok, dari Kementerian ATR kami memerlukan tata guna lahan. Termasuk kemenhub dari sisi RIP (Rencana Induk Pelabuhan) dan konsesinya," katanya pada acara Forum Group Discussion (FGD) Pemanfaatan Kanal Cikarang Bekasi Laut sebagai Moda Transportasi Angkutan Logistik, Selasa (17/7/2018).
Dia mengatakan saat ini analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dari KLHK juga belum keluar. Hal ini karena Rencana Induk Pelabuhan (RIP) dari Kemenhub belum juga ada.
"Kami dapat surat dari KLHK bahwa Amdal bisa jalan kalau RIP sudah ada. RIP sudah proses tapi belum muncul. makanya kami mengusulkan agar proses-proses terkait dengan RIP bisa secepatnya diselesaikan. Harapan kami RIP ini sudah selesai," ungkapnya.
Selain itu, pihaknya mengaku memerlukan dukungan finansial dari pemerintah mengingat proyek yang termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini butuh biaya-biaya yang cukup besar untuk memulai pengerjaan.
"Biaya cukup besar dimulai dari jembatan, kemudian akses jalan yang sebetulnya sudah ada, tapi harus diperlebar lagi yang nilainya luar biasa, angkanya hingga Rp445 miliar," ujarnya.
Selain itu, menurutnya, pembuatan bendung yang simulasinya sudah keluar dengan nominal angka Rp150 miliar. Belum lagi ditambah untuk memindahkan pipa PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang berada di sisi kiri-kanan kanal.
"Di sana, di kanan-kirinya ada pipa PGN yang menyuplai 150.000 pelanggan di Jakarta. Kita sudah diskusi intensif dengan PGN memang keluar angkanya luar biasa untuk memindahkan pipa. Tapi karena sifatnya urat nadi maka kita ekstra hati-hati untuk mengeksusi ini dan dihitung betul risikonya. Ini intensif kita selesaikan," katanya.
Oleh karena itu, untuk mempercepat pengerjaan proyek dia meminta dukungan pihak terkait mengingat tingginya kompleksitas proyek tersebut.
"Kompleksitas cukup tinggi, kemudian dari segi finansial kami perlu justifikasi untuk eksekusi, kemudian ini juga ada manfaat kepentingan nasional. kami mengusulkan juga ada keterlbatan pihak-pihak terkait untuk bisa mendukung proses ini segera bisa dieksekusi dengan waktu tidak terlalu lama," ungkapnya.
Dia mengatakan dengan CBL Inland Waterway ini nantinya diharapkan mampu menurunkan ongkos logistik sebesar 20%-25%. Perhitungannya, jika kapal tongkang dapat masuk kanal tersebut hingga kawasan industri Cikarang, setidaknya akan ada 80 hingga 100 kontainer terangkut sekali jalan.
Pembangunan ini bertujuan mengoptimalkan potensi jalur kanal sungai sebagai alternatif transportasi logistik. Optimalisasi ini akan menghubungkan area off-the-road Pelabuhan Tanjung Priok dengan area hinterland.
Dalam tahap 1, sistem transportasi kanal akan menggunakan kanal eksisting yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu Cikarang Bekasi Laut melewati Marunda, Jakarta Utara.
Sedangkan untuk tahap 2, PT Pelindo II berencana menambahkan rute kanal dari Tanjung Priok menuju Cikampek. Kanal ini akan menghubungkan arus logistrik dari Tanjung Priok menuju kawasan industri Cibitung-Cikarang di Bekasi serta di Cikampek, Karawang.
Pembangunan juga diharapkan dapat mengurangi kepadatan arus logitik jalur darat dari kawasan industri Cikarang dan Karawang menuju Pelabuhan Tanjung Priok.