Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan kembali dampak ‘perang dagang’ atau kebijakan pembatasan produk impor yang dilakukan antara China dan Amerika Serikat terhadap perekonomian Indonesia.
Menurutnya, hal tersebut akan berlaku pada bulan depan. Di sisi lain, hal itu akan ikut berdampak pada kondisi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, kata dia, Menteri Perekonomian harus mengevaluasi dampak positif maupun negatif langkah kedua negara adidaya tersebut.
“Karena itu maka mulai sekarang diberi kesempatan Menteri Perekonomian untuk evaluasi apa efek negatif dan positif bagi Indonesia,” katanya di Istana Wakil Presiden RI, Selasa (26/6). Kalla mengatakan pemerintah akan terus mengkaji dampak dari perang dagang tersebut.
Sebagaimana diketahui, tensi perang dagang dipicu oleh kebijakan pemerintah Donald Trump yang menaikkan tarif impor baja dan aluminium dari China sebagai upaya memberikan insentif bagi industri dalam negeri Paman Sam. Akan tetapi, kebijakan itu dibalas oleh China dengan melakukan sejumlah pengetatan impor produk AS.
Bahkan, tensi perang dagang semakin memanas dan melebar setelah Presiden AS Donald Trump kembali mengancam untuk mengenakan tarif impor sebesar 20% untuk semua mobil buatan Eropa.
Seperti diketahui, kebijakan retaliasi UE ditunjukkan untuk ekspor barang AS yang bernilai sekitar US$3,2 miliar. UE akan menerapkan tarif impor sebesar 25% terhadap produk motor Harley-Davidson Inc., pakaian berbahan jeans dari Levi Strauss & Co., dan minuman jenis bourbon.
Baca Juga
Serangan Trump terhadap industri otomotif Eropa dikhawatirkan memperluas dampak perang dagang yang sebelumnya sudah mencuat dengan China. AS akan menerapkan tarif impor sebesar 25% terhadap barang ekspor China mulai 6 Juli 2018. Sebagai balasan, China akan menerapkan tarif dengan jumlah yang sama kepada barang ekspor AS yang masuk ke Negeri Panda