Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Cat Ramah Anak, Nippon Paint Andalkan Dua Pabrik

PT Nipsea Paint and Chemicals (Nippon Paint Indonesia) mengerahkan dua dari empat pabrik yang dimiliki memproduksi Nippon Spot-less Plus.
Nippon Paint./Reuters
Nippon Paint./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—PT Nipsea Paint and Chemicals (Nippon Paint Indonesia) mengerahkan dua dari empat pabrik yang dimiliki memproduksi Nippon Spot-less Plus. 

Mark Liew, Assistant General Manager Nippon Paint Indonesia, menyampaikan pabrik yang khusus memproduksi cat ramah anak itu terdapat di Purwakarta dan Surabaya. 

Mark, belum lama ini mengatakan, perusahaan memiliki kapasitas produksi 250.000 ton per tahun. Selain itu perusahaan memiliki 35 kantor pemasaran dan mempekerjakan 3.000 karyawan. Menurut Mark, formula silver-Ion yang diusung dalam cat yang baru diperkenalkan di pasar ini berfungsi menghalang penyebaran bakteri pada dinding. Selain itu, Nippon Paint mengusung konsep mudah dibersihkan dan tidak mengandung bahan volatile organic compund yang mengganggu pernafasan. 

"Sehingga balita yang belajar berjalan dapat dengan aman menyentuh setiap permukaan dinding di rumah," katanya.

Sebelumnya, pemerintah optimistis sektor industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA) masih tumbuh positif hingga akhir tahun. Sepanjang kuartal I/2018, sektor ini tumbuh namun pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada 3 bulan pertama tahun lalu, sektor IKTA tumbuh sebesar 5,16% secara tahunan. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh sektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 10,40%.

Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen IKTA Kementerian Perindustrian, mengatakan pada kuartal I tahun ini, sektor kimia justru menurun 12%, sehingga menyebabkan pertumbuhan IKTA secara keseluruhan berada di bawah angka pertumbuhan tahun lalu. 

"Yang down itu kimia karena impor mencapai US$20 miliar, kalau dolar naik bahan baku juga naik. Petrokimia misalnya, dulu harga minyak dunia di bawah US$50 per barel, sekarang US$60—US$70, padahal bahan baku itu 90% impor," katanya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper