Bisnis.com, JAKARTA — Perubahan pola konsumsi dan perilaku konsumen yang terjadi selama Ramadan mendorong pengiklan untuk turut meningkatkan belanja iklannya di media, khususnya televisi dan radio.
Executive Director Media Business Nielsen Indonesia Hellen Katherina memaparkan, selama Ramadan, jumlah penonton TV di 11 kota besar meningkat dari 5,9 juta per hari menjadi 7 juta per hari. Peningkatan jumlah penonton paling sering terjadi saat sahur.
"Dengan perubahan konsumsi, pengiklan memanfaatkan momentum dengan menaikkan belanja iklan untuk produk tertentu," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (6/6/2018).
Pada bulan puasa, rata-rata masyarakat menonton TV 5 jam 19 menit setiap harinya, naik dari rerata sepanjang hari-hari biasa yaitu 4 jam 53 menit.
Kondisi ini terungkap melalui riset Nielsen Consumer and Media View yang dilakukan terhadap kurang lebih 17.000 responden di 11 kota besar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar dan Banjarmasin.
Sementara itu, data Nielsen Advertising Intellegence (Ad Intel) menunjukkan tren peningkatan belanja iklan di televisi, baik iklan dalam jeda komersial maupun iklan dalam program (in-program ads).
Berdasarkan kategori produk yang diiklankan pada saat jeda iklan, pertumbuhan belanja iklan tertinggi diraih oleh produk sirup dan jus dengan peningkatan hingga 447% dibandingkan hari biasa, atau setara dengan Rp101 miliar. Peningkatan juga terjadi untuk kategori minuman siap minum yang tumbuh 110% dari hari biasa, atau senilai Rp70 miliar.
Belanja iklan produk teh dan kopi seduh meningkat 54% dari hari biasa, atau setara dengan Rp119 miliar. Terakhir, belanja produk material bangunan juga meningkat pesat dengan pertumbuhan mencapai 114% dari hari biasa, atau senilai Rp66 miliar.
"Dengan budaya kunjungan rumah, masyarakat gemar memperbaiki rumahnya, dari mengganti cat orang, atau sekadar mengganti gorden," jelasnya.
Sementara untuk penempatan iklan dalam program (in-program ads), jumlah tayangan iklan dari kategori kopi dan teh meningkat sebesar 29%, kategori produk komunikasi meningkat sebesar 77%, tekstil dan garmen dengan didominasi produk sarung meningkat sebesar 249%, dan kategori material bangunan juga mengalami peningkatan sebesar 294%.
Peningkatan terbesar dialami oleh produk obat antasida atau obat maag, dengan persentase peningkatan hingga 1563%.
Tak hanya televisi, radio pun turut memetik berkah peningkatan belanja iklan saat Bulan Ramadan. Belanja iklan terbesar berasal dari industri layanan online termasuk dagang-el sebesar Rp18,8 miliar, meningkat 46% dibandingkan periode sebelum Ramadan, diikuti oleh produk oli dan bahan bakar kendaraan dengan peningkatan hingga 240%, atau setara dengan Rp17,8 miliar.
Produk lainnya yang juga mengalami peningkatan belanja iklan adalah vitamin dan suplemen sebesar Rp17,4 miliar, atau meningkat 83%.Selain itu, juga iklan produk sekolah dan pendidikan meningkat sebesar 49% atau sebesar Rp12,4 miliar. Sementara minuman kesehatan juga mengalami peningkatan tipis 3% menjadi sebesar Rp13,3 miliar.
Hellen menambahkan, pola konsumsi ini selalu berulang setiap tahun, dan tak mengalami perubahan yang signifikan. Secara umum, dia menyebut belanja iklan televisi dan radio pada Ramadan tahun ini tumbuh 7% dibandingkan Ramadan tahun lalu. (Deandra Syarizka)