Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Terapkan Bea Impor Logam, Produsen Kanada Berteriak

Pemberlakuan bea impor logam dari sejumlah negara, termasuk Kanada, oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) mengguncang para produsen negara asal Justin Bieber tersebut.
Ilustrasi logam mineral/Reuters-Yuriko Nakao
Ilustrasi logam mineral/Reuters-Yuriko Nakao

Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakuan bea impor logam dari sejumlah negara, termasuk Kanada, oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) mengguncang para produsen negara asal Justin Bieber tersebut.

“Saya hanya ingin berteriak,” ujar CEO produsen baja struktural Canam Group Inc. Marc Dutil, kepada Bloomberg. “Semua ini menciptakan ketidakpastian. Itu hal terakhir yang kami butuhkan.”

Canam, ironisnya, melakukan penawaran untuk proyek Jembatan Internasional Gordie Howe, struktur baru yang direncanakan akan menghubungkan Detroit dan Windsor, Ontario.

“Secara teori, jembatan itu seharusnya berdiri untuk hubungan yang erat antara kedua negara,” kata Dutil. “Seharusnya itu dibangun dengan baja Amerika Utara, tetapi baja itu akan dikenakan pajak. Saya tidak dapat melihat bagaimana itu akan membantu perekonomian.”

Pada Kamis (31/5/2018), Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menyatakan AS akan mengenakan tarif sebesar 25% untuk impor baja dan tarif impor 10% untuk aluminium yang berasal dari dari Kanada, Uni Eropa, dan Meksiko.

Ross juga menyampaikan keyakinannya bahwa hal ini tidak akan berdampak jangka panjang pada hubungan dengan negara-negara yang terkena dampak, serta bahwa mitra dagang AS “akan melupakan ini pada waktunya”.

Pengumuman tarif impor baja dan aluminium itu menjadi salah satu tindakan perdagangan pemerintah AS yang paling agresif terhadap sekutu terdekatnya, yang sebenarnya justru sedang mengharapkan peringanan tarif secara permanen.

“Tarif itu adalah perkembangan mengganggu yang akan mempengaruhi setiap bagian dari industri minyak dan gas,” kata Nick Schultz, Wakil Presiden Canadian Association of Petroleum Producers.

“Tarif yang dikenakan pada impor baja ini akan menambah beban biaya yang signifikan untuk industri pada kedua sisi perbatasan,” tambah Schultz.

Sementara itu, menurut Presiden Agricultural Manufacturers of Canada Leah Olson, para produsen peralatan pertanian sangat prihatin karena tarif tersebut akan meningkatkan biaya barang-barang dalam waktu dekat.

“Hampir setiap peralatan untuk tempat sampah atau penanganan ternak mengandung elemen baja atau aluminium. Rantai pasokan sangat terintegrasi karena banyak perusahaan Kanada mengimpor logam dari AS yang kemudian diekspor kembali ke AS sebagai produk jadi,” kata Olson.

Kanada mengekspor peralatan pertanian setidaknya dengan nilai sekitar C$1,9 miliar (US$1,5 miliar) ke 150 negara pada 2017, di antaranya 80% ke AS.

“Saya pikir tidak ada orang yang akan berharap mengenakan tarif dan tarif balik pada barang apa pun yang melintasi perbatasan Kanada dan AS. Sejujurnya, itu agak menakutkan,” tambah Olson.

Sementara itu, sejumlah perusahaan multinasional termasuk produsen pesawat dan kereta api berbasis di Montreal, Bombardier Inc. - yang memiliki pabrik di kedua negara - dan produsen aluminium yang berbasis di London Rio Tinto Group menyatakan sedang mengkaji tarif tersebut.

Rio menyatakan mengirim sekitar 1,4 juta metrik ton aluminium ke AS setiap tahun dari operasinya di Kanada, yang menjadikannya sebagai pemasok terbesar logam ke negara itu.

“Pada tahap ini, kami sedang meninjau tindakan AS dan tetap fokus pada penyediaan pelanggan kami di Amerika Utara," menurut juru bicara Rio.

Dampak pada Otomotif

Di sisi lain, Rob Wildeboer, Chairman Martinrea International Inc., mengatakan tarif itu tidak banyak berdampak pada bisnis suku cadang otomotifnya karena pabriknya cenderung membeli baja di negara yang sama di mana itu diproduksi. Tetap saja, ia mengakui hal ini buruk untuk industri.

“Posisi pemerintah AS tidak membantu industri yang mereka anjurkan untuk diperhatikan,” kata Wildeboer.

Produsen struktur baja asal Quebec ADF Group Inc. mengatakan masih terlalu dini untuk memperkirakan dampak keuangan dari suatu perang dagang. Tetapi Chief Financial Officer Jean-Francois Boursier mengakui prospek perusahaan saat ini lebih sulit untuk diprediksi.

"Semua orang yang kami ajak diskusi sedikit gugup. Pelanggan mengajukan banyak pertanyaan, dan ada beberapa yang tidak dapat kami jawab. Ini tidak benar-benar membantu untuk penandatanganan kontrak,” kata Boursier.

Sebelumnya, tarif impor baja dan aluminium dari Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko yang dijatuhkan oleh pemerintah Amerika Serikat dinilai dapat membuat harga kendaraan bermotor semakin mahal.

“Tarif ini akan membuat harga baja dari produsen domestik semakin mahal, mengancam daya saing industri global dan meningkatkan harga kendaraan untuk konsumen kami,” ungkap Gloria Bergquist, juru bicara Aliansi Manufaktur Otomotif AS, termasuk di dalamnya General Motors Co., Toyota Motor Corp., dan Volkswagen AG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper