Bisnis.com, PALEMBANG -- Pemerintah mendorong gasifikasi batubara untuk pabrik pupuk karena dinilai bisa meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemakaian gas alam.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengatakan pemerintah sudah berupaya menekan harga gas untuk industri pupuk, di mana menjadi US$6 per mmbtu.
"Nah sekarang yang didorong gasifikasi batubara kalori rendah. Hilirasi batubara ini harus difasilitasi supaya produksi [industri] petrokimia berbasis gasifikasi bisa terwujud," katanya, di sela peresmian Pabrik Pusri IIB di Palembang, Jumat (11/5/2018).
Airlangga menjelaskan pihaknya tengah berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN untuk membahas insentif gasifikasi batubara tersebut.
Menurut dia, salah satu caranya adalah dengan tidak menarik royalti untuk produk hilirisasi batubara.
Sementara itu Menteri BUMN Rini Soemarno menambahkan gasifikasi batubara sangat penting bagi pabrik pupuk. Apalagi, kata dia, PT Pusri yang beroperasi di Palembang diuntungkan dengan potensi batubara kalori rendah yang cukup banyak di Sumatra Selatan.
Baca Juga
"Harapannya bisa diberikan insentif untuk gasifikasi batubara supaya gas yamg dihasilkan bisa berkompetisi dengan gas biasa," katanya.
Rini melanjutkan sejauh ini perusahaan pupuk pelat merah telah berupaya menekan pemakaian gas, salah satunya melalui revitalisasi pabrik yang ada.
Dia mencontohkan, Pabrik Pusri IIB yang bisa menghemat pemakaian gas hingga 40% dibanding Pabrik Pusri II yang lama.
"Penggunaan energinya juga jauh lebih rendah dengan menggunakan batubara. Efisiensi yang dilakukan ini nantinya bisa membuat harga pupuk jauh lebih rendah," katanya.
Dia mengemukakan efisiensi melalui revitalisasi pabrik bisa mengurangi alokasi subsidi dari APBN untuk pupuk. Seperti tahun lalu, pihaknya mampu memangkas subsidi sekitar Rp1,8 triliun pada tahun lalu dari semula Rp29 triliun menjadi Rp27, 2 triliun karena adanya revitalisasi dua pabrik yang merupakan anak usaha PT Pupuk Indonesia.
Sementara itu Direktur Utama Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat, mengatakan pabrik Pusri IIB akan menggantikan pabrik Pusri II yang sudah tua dan boros konsumsi gas.
"Pabrik ini dibangun oleh konsorsium Rekayasa Industri dan Toyo (Jepang), dengan total biaya investasi sekitar Rp8,5 triliun," katanya.
Direktur Utama PT Pusri Palembang Mulyono Prawiro mengatakan kapasitas produksi Pusri IIB adalah 907.500 ton urea per tahun dan 660.000 ton amoniak per tahun.
"Konsumsi gas Pusri IIB adalah 24 MMBTU per ton urea, jauh lebih rendah dibandingkan Pusri II yang konsumsi gasnya mencapai 37 MMBTU per ton urea," ujarnya.
Mulyono melanjutkan sumber bahan baku gas untuk Pusri IIB berasal dari Pertamina EP dan Medco, dan mulai tahun 2019-2023 akan dipasok dari Conoco Phillips Grissik, dengan pasokan sebesar 62 MMSCFD.
Pabrik ini juga menggunakan bahan bakar batu bara untuk pembangkit steam dan listrik sehingga mengurangi ketergantungan terhadap gas bumi.