Bisnis.com, JAKARTA — Tren depresiasi rupiah dinilai tidak berdampak signifikan terhadap kelangsungan bisnis badan usaha jalan tol karena minimnya importasi produk yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto mengatakan bahwa material yang digunakan dalam proyek jalan tol mayoritas merupakan komponen lokal sehingga tidak terpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dengan begitu, tuturnya, pelemahan rupiah tidak akan berdampak signifikan terhadap aktivitas bisnis konstruksi sampai harus mengeskalasi kontrak proyek tahun jamak (multiyears) yang ditangani perseroan.
“Kalau eskalasi pun juga kecil karena produk impor untuk proyek tol relatif kecil,” kata Herwidiakto kepada Bisnis, Selasa (24/4/2018).
Dia juga memastikan jika pelemahan rupiah tidak akan mengganggu arus kas perseroan. “Pengaruh ke kas perseroan tidak ada. Kami juga belum ada rencana untuk eskalasi.”
Sebelumnya, Direktur Utama PT Jakarta Toll Road Development Frans Satyaki Sunito mengemukakan bahwa dampak pelemahan rupiah yang terjadi beberapa waktu terakhir belum menjadi pertimbangan perusahaan untuk dimasukkan dalam pengajuan eskalasi rutin yang dilakukan perusahaan.
Baca Juga
Pasalnya, pelemahan rupiah belum terlalu berdampak terhadap kebutuhan bahan proyek di lapangan karena pemenuhannya lebih banyak dipasok dari lokal.
“Saat ini kami menghitung eskalasi, tetapi secara normal saja ya, rutin seperti karena inflasi. Untuk perubahan nilai tukar rupiah yang terus melemah ini kami belum terasa,” katanya.
Frans menjabarkan dalam penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol dengan Badan Pengatur Jalan Tol pada 2014 lalu terdapat pasal yang mengizinkan badan usaha jalan tol melakukan eskalasi dengan menghitung dampak dari kenaikan harga material sejauh kenaikan tersebut diakui oleh pemerintah. Namun, eskalasi tersebut biasanya hanya karena mempertimbangkan faktor inflasi.