Bisnis.com, JAKRTA — Pakar konstruksi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) menilai ambruknya Jembatan Widang yang menghubungkan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban dipicu oleh kelebihan muatan jembatan cincin lama yang dibangun pada 1983 tersebut.
Chomaedhi, pakar konstruksi yang juga dosen Teknik Infrastruktur Sipil ITS, berpendapat saat kejadian terdapat satu dump truck dan dua truk tronton yang melewati bentang jembatan.
“Saat melalui tahap perencanaan, sudah ada peraturan yang mengatur besar beban yang diperbolehkan melewati jembatan. Namun, pada masa sekarang peraturan tersebut mulai berubah mengikuti pembaruan dari pemerintah,” jelasnya dalam siaran pers, Rabu (18/4/2018).
Dulu, jembatan kelas satu memiliki batas muatan 45 ton. Namun, saat ini bisa mencapai 50 ton. Pada kasus Jembatan Widang yang memakan dua korban itu, beban total yang mampu ditahan jembatan hanya 45 ton dengan rasio toleransi keamanan 1,5 atau beban maksimal 70 ton.
“Padahal, satu dump truck dan dua tronton bisa menimbulkan peningkatan beban mencapai 2%. Dugaan utamanya adalah kelebihan muatan.”
Argumen tersebut diperkuat dengan posisi robohnya jembatan. Menurut Chomaedhi, patahan hanya terjadi pada satu bentang jembatan, sedangkan fondasi jembatan masih berfungsi dengan baik.
“Kalau truk itu lewat secara bergantian, mungkin jembatan masih aman. Namun, kalau lewatnya secara bersamaan, otomatis jembatan akan runtuh,” tegasnya.
Selain kelebihan muatan, Chomaedhi berpendapat jembatan tersebut runtuh akibat tidak adanya pemantauan terhadap beban yang boleh melewati jembatan. Seperti diketahui, di areal tersebut tidak ada jembatan timbang yang berguna sebagai pengendali jumlah muatan yang diizinkan.
“Jembatan itu sudah lama, jika mengikuti peraturan baru dari pemerintah yang bisa mark up hingga 20% tentunya tidak akan kuat.”
Dia berharap agar perbaikan Jembatan Widang nantinya lebih memperhatikan berat beban yang diizinkan. Apalagi, saat ini sudah ada teknologi berupa sensor yang bisa dipasang pada titik-titik tertentu sepanjang bentang dan mampu mendeteksi kondisi jembatan.
“Peraturan itu harus dipatuhi, jembatan harus benar-benar mengakomodasi peraturan beban kendaraan dan peraturan gempa,” ujarnya.