Bisnis.com, JAKARTA - Banyak negara emerging market mulai menyerupai pasar negara maju karena tingkat inflasi jatuh dan risiko krisis mata uang mereda, menurut Goldman Sachs Group Inc.
Analis Goldman Sachs termasuk Jan Hatzius dan Jari Stehn menulis dalam sebuah laporan bahwa hubungan yang melemah antara kebijakan pasar emerging market dan tingkat AS menunjukkan bahwa normalisasi Federal Reserve tidak mungkin menghasilkan siklus kenaikan tajam oleh negara-negara berkembang,
Dilansir Bloomberg, pembuat kebijakan di negara emerging market menghadapi kebingungan karena pertumbuhan telah meningkat tajam namun masih rendah menurut standar historis, demikian menurut laporan yang menganalisis 15 bank sentral yang menargetkan inflasi dan memiliki nilai tukar mengambang.
Berikut ini sejumlah temuan Goldman Sachs:
1. Kebijakan moneter kelomponk negara emerging market saat ini menyerupai kebijakan pasar negara maju dalam hal-hal penting. Secara khusus, bank-bank sentral di negara ini sekarang lebih fokus pada output dan kesenjangan inflasi daripada pertumbuhan PDB atau nilai tukar.
2. Satu perbedaan tersisa adalah menetapkan peran yang lebih penting untuk suku bunga AS daripada yang biasanya terjadi di bank-bank sentral pasar negara maju. Namun, ada bukti bahwa fokus pada suku bunga AS telah melemah dari waktu ke waktu.
3. Inflasi yang rendah dan sisa kapasitas cadangan akan menjaga normalisasi kebijakan negara emerging market berjalan secara bertahap, bahkan jika pertumbuhan tetap kokoh dan The Fed melanjutkan jalur pengetatannya. Kesimpulan ini umumnya konsisten dengan prospek Goldman Sachs yang optimistis terhadap pertumbuhan negara-negara emerging market.
4. Sejauh mana pasar negara berkembang menderita "dosa asal" yang merupakan ketidakmampuan untuk menerbitkan utang dalam mata uang mereka sendiri, telah menurun secara signifikan sejak tahun 1990-an. Penurunan ketidakcocokan mata uang telah mengurangi risiko krisis mata uang, dan memberikan ruang lebih besar bagi bank-bank sentral untuk mengejar tujuan seperti stabilitas harga.
Model temuan Goldman Sachs ini menunjukkan tekanan yang besar pada kebijakan suku bunga di Brasil serta Eropa Tengah dan Timur, sementara Meksiko lebih hawkish, mengingat kondisi makroekonomi yang dijamin oleh model ini. Sebaliknya, tingkat suku bunga di India dan Afrika Selatan tetap pada tingkat yang sesuai, kata para analis.