Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terus berupaya menggapai target 23% porsi energi baru terbarukan yang ditetapkan dalam bauran energi nasional pada 2025. Salah satunya mengajak kerja sama Pemerintah Norwegia.
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral kini mulai menjajaki kerja sama pengembangan EBT dengan pemerintah Norwegia, khususnya dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga air atau hydropower.
"Mereka [Norwegia] dikenal leading dalam hal pengembangan EBT, khususnya hydro power. Oleh karena itu, banyak hal teknis dan non-teknis yang bisa kita pelajari dari mereka," ujar Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Harris di sela-sela acara Indonesia-Norway Energy Workshop di Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Harris melanjutkan, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan keterlibatan swasta dalam pengembangan EBT. Salah satu upayanya adalah dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif dan baik. "Kami mendorong investor untuk berinvestasi di sektor EBT," lanjutnya.
Norwegia dikenal luas sebagai salah satu negara yang sukses menjadikan energi baru terbarukan (EBT) sebagai tulang punggung energi. 98 persen produksi listrik di negara Skandinavia ini berasal dari EBT, dengan hydropower sebagai penopang utamanya.
Tercatat, kontribusi EBT bagi produksi listrik Norwegia pada 2013 total mencapai 140 TWh (Terrawatt hours), dengan rincian hydropower sebesar 129 TWh, energi angin sebesar 1,9 TWh, dan energi panas bumi sebesar 3,3 TWh. Meskipun demikian, Norwegia menempati posisi ke-6 sebagai negara penghasil hydropower terbesar di dunia setelah Rusia (164 TWh), AS (276 TWh), Kanada (376 TWh), Brasil (411 TWh), dan Tiongkok (856 TWh).
"Norwegia siap mendukung Indonesia untuk meningkatkan porsi EBT dalam rangka mencapai target bauran energi nasional dengan berbagai teknologi pengembangan EBT, khususnya hydropower dan fotovoltaik," tutur Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Vegard Kaale dalam sambutannya.