Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transaksi Rumah Secondary Online Melonjak

Nilai transaksi rumah secondary di Rumah123.com naik hingga 15 kali sejak Januari 2015 sampai Desember 2017.
Properti di Jakarta/Reuters-Darren Whiteside
Properti di Jakarta/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai transaksi rumah secondary di Rumah123.com naik hingga 15 kali sejak Januari 2015 sampai Desember 2017.

Menurut data Rumah123.com, selain nilai transaksi yang meningkat, jumlah transaksi rumah secondary naik 5 kali. Ignatius Untung, General Manager Rumah123.com, mengatakan tren penjualan rumah secondary akan selalu naik dan hanya turun di bulan seasonal, seperti Lebaran dan Tahun Baru.

Dia menyebutkan penjualan rumah secondary kini semakin marak diakibatkan terdapat jarak yang besar antara harga rumah primary dan rumah secondary.

“Harga rumah primary itu dikontrol oleh pengembang, karena pengembang punya kepentingan meningkatkan harga propertinya tiap tahap, sedangkan rumah secondary tidak punya kontrol dan hanya bergantung pada mekanisme pasar,” ujar Ignatius kepada Bisnis di Jakarta, Rabu (11/4/2018).

Ignatius menambahkan harga rumah secondary selalu berhubungan dengan harga rumah primary.

“Yang drive harga itu [rumah] primary dulu, sehingga kalau [rumah] primary naik pasti rumah secondary juga ikut naik,” tambahnya.

Secara umum, Ignatius mengatakan kenaikan harga rumah secondary pertahunnya sebesar 8%-17% walaupun setiap daerah berbeda-beda dan kembali kepada mekanisme pasar pada daerah-daerah itu sendiri.

Sementara itu, Dani Indra Bhatara, ‎Vice President ‎Coldwell Banker Commercial mengatakan rumah secondary lebih diminati oleh end user yang tingkat kebutuhan huninya lebih cepat.

“Kalau [rumah] primary itu banyak yang inden, jadinya masih 2-3 tahun lagi, sedangkan [rumah] secondary itu sudah jadi dan tampak bangunannya dan siap huni,” ujar Dani.

Ignatius menambahkan komposisi end-user dibandingkan dengan investor untuk pembeli rumah secondary sebanyak 70:30.

Pernyataan ini berbeda dengan yang disampaikan Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) yang mengatakan transaksi rumah secondary turun hingga 70% pada 2018. Ketua DPD AREBI DKI Jakarta Clement Francais mengatakan kondisi pasar rumah secondary sedang dalam proses cooling down, berbeda dengan pasar rumah primary yang penjualannya lebih baik.

“Kalau [rumah] secondary, orang cenderung wait and see karena pembayarannya kebanyakan harus cash, kalau [rumah] primary, mereka [konsumen] bisa menyicil dengan jangka waktu yang panjang. Kayak menabung,” ujar Clement.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper