Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Rumah Secondary Turun

Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) mengatakan transaksi rumah secondary turun hingga 70% pada 2018.
Properti di Jakarta/Reuters-Darren Whiteside
Properti di Jakarta/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) mengatakan transaksi rumah secondary turun hingga 70% pada 2018.

Ketua DPD AREBI DKI Jakarta Clement Francais mengatakan kondisi pasar rumah secondary sedang dalam proses cooling down, berbeda dengan pasar rumah primary yang penjualannya lebih baik.

“Kalau [rumah] secondary, orang cenderung wait and see karena pembayarannya kebanyakan harus cash, kalau [rumah] primary, mereka [konsumen] bisa menyicil dengan jangka waktu yang panjang. Kayak menabung,” ujar Clement di Jakarta, dikutip Rabu (11/4/2018).

Clement juga mengatakan turunnya transaksi rumah secondary juga diakibatkan meroketnya harga tanah saat ini.

Ia menyebutkan untuk daerah Jakarta Selatan dan Jakarta Utara harga tanah cukup naik signifikan. Berbeda dengan Jakarta Timur, ia mengatakan kawasan ini masih cukup berkembang dan harga rumahnya pun masih banyak tersebar di kisaran harga di bawah Rp1 miliar.

Menurutnya harga rumah secondary akan semakin meningkat setelah pemilihan umum pada 2019.

“Bisa 20% - 50% kenaikananya setelah pemilu, jadi ini adalah saat yang tepat untuk membeli rumah secondary,” tutur Clement.

Saat ini, katanya, Tangerang dalam kondisi oversupply karena merupakan sisa dari investasi investor yang dibeli beberapa tahun terakhir, sehingga jika terdapat kenaikan harga tidak akan terlalu signifikan. Clement menjelaskan berbeda dengan DKI Jakarta yang kenaikan harganya cukup signifikan.

“Kalau Jakarta, karena lahan yang terbatas jadi lebih mahal dan melambung tinggi harganya. Semua orang mau masuk ke Jakarta sedangkan daerah buat perumahan di sini sudah terbatas. Jadi masih Jakarta yang bakal naik,” papar Clement.

Selain itu, Clemment juga mengungkapkan mayoritas pembeli rumah secondary berasal dari kalangan 40 tahun ke atas dikarenakan kondisi finansial yang lebih stabil dibandingkan kalangan 40 tahun ke bawah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper