Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah ketidakpastian perdagangan internasional, pemerintah diharap dapat menjaga kepercayaan konsumen dalam negeri.
"Kejadian eksternal meningkat ketidakpastiannya, karena perang dagang, karena the Fed lebih cepat menaikkan suku bunga," kata mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu usai Indonesia Summit The Economist, di Jakarta, Kamis (5/5/2018).
Ketidakpastian tersebut, lanjutnya, juga menyebabkan rupiah melemah, dan sulit kembali ke titik fundamentalnya. Meskipun, perdagangan Indonesia cukup beruntung, karena masih mewarisi surplus neraca perdagangan tahun lalu.
Berdasarkan data BPS, surplus neraca perdagangan 2017 lalu mencapai US$11,84 miliar. Selain itu, Mari mengatakan Indonesia masih beruntung karena memiliki pasar yang relatif besar, sehingga ketidakpastian pasar di luar negeri memberi kesempatan pasar domestik untuk berkembang.
Namun, pemerintah harus berusaha keras untuk menjaga kepercayaan konsumen domestik. Mari menjelaskan setiap kelas masyarakat mempunyai permasahan masing-masing dalam konsumsinya.
Kelas atas, dia mencontohkan, pemerintah harus menjaga kebijakan pajak, sehingga tidak mempengaruhi kepercaan konsumsi kelas ini.
Baca Juga
"Karena tahun lalu consumer confidance turun karena ada isu pajak dan ketidakpastian peraturan."
Sementara itu, untuk kelas bawah, kebijakan pemerintah sudah sangat tepat dengan program dana desa, PKH, dan cash for work-nya.
Hanya saja, kata Mari, konsumsi kelas bawah tidak begitu berpengaruh pada meningkatkan konsumsi. Berdasarkan data BPS, kelas bawah memiliki porsi 40%, kelas menengah 40% dan kelas atas 20%.
Sementara itu, kontribusi kelas bawah terhadap ekonomi nasional hanya sekitar 17%, kelas menengah sebesar 36%, dan kelas atas sekitar 46%.