Bisnis.com, JAKARTA—Pengembang besar memasang target penjualan apartemen yang lebih realistis tahun ini setelah melakukan koreksi target penjualan tahun lalu.
Senior Associate Director Colliers Internasional Indonesia merangkum laporan penjualan dari 6 pengembang besar tahun ini. Ferry menuturkan realisasi dari target yang dipasang beberapa pengembang meleset. Ferry mencontohkan seperti PT Pakuwon Jati, Tbk (PWON) memasang target penjualan tahun lalu Rp2,7 triliun, dengan relisasi hanya Rp2,5 triliun.
“Meskipun tahun lalu beberapa pengembang targetnya sedikit meleset, dan tahun ini memasang target sedikit lebih tinggi. Berarrti pengembang masih cukup realistis yang dilihat dari pertumbuhan mendatang, PDB sampai 5,3%,”katanya Rabu (4/4/2018).
Ferry melanjutkan untuk PT Summarecon Agung, Tbk (SMRA) juga hanya mampu merealisasikan target penjualan senilai Rp3,6 triliun dari target tahun lalu sebesar Rp4,5 trliun. Tahun ini SMRA mematok target yang lebih rending disbanding tahun lalu.
Sementara Alam Sutera dari target Rp 5 triliun, hanya mencapai Rp 3,9 triliun tahun lalu . Serupa dengan Ciputra Group dari target Rp8,5 triliun menjadi Rp7,6 triliun.
Pengembang lainnya PT Bumi Serpong Damai Tbk berhasil mencapai penjualan sesuai target yaitu Rp 7,2 triliun. Namun, pada tahun ini emiten berkode BSDE itu mematok penjualan yang sama dengan tahun lalu.
Baca Juga
PT Intiland Development Tbk (DILD) menjadi salah satu emiten properti yang berhasil melampui target penjualan. DILD membukukan penjualan Rp3.9 triliun dari target awal tahun lalu sebesar Rp3,3 triliun.
Ferry menyebut salah satu penyebab kesuksesan DILD adalah peluncuran proyek 57 Promenade. Alasannya DILD berhasil menggabungkan faktor lokasi, kemudian background pengembang dan terakhir mereka bisa memposisikan antara produk dan harga yang masuk akal. Sehingga bukan tidak mungkin mereka bisa memasang target tahun ini lebih tinggi.
Adapun dari sisi suplai, pada 2018 ini akan mencapai 200.000 meter persegi apartemen dimana 25.000 meter perseginya merupakan pasokan yang berasal dari 2018 saja. Padahal data kuartal akhir tahun lalu menunjukkan suplai tahun ini bisa mencapai 34.000 meter persegi.
Hal ini kata Ferry juga membuktikan bahwa pengembang lebih realistis. Pengembang tidak agresif mendorong peluncuran, karena mereka tahu penjualan belum membaik sehingga sudah melakukan koreksi.
“Lagi-lagi ini proyeksi awal tahun. Nanti biasanya kami harus melihat lagi sepanjang 2018. Bisasnya yang jadwalnya akhir tahun kuartal IV/2018 bisa kemungkinan pindah ke 2019. Makanya angka ini selalu dinamis,” imbuhnya.