Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Kantor Mengecil, Tapi Luasnya Membesar

Colliers mencatat meskipun pasokan gedung perkantoran sedikit dalam jumlah, kini lebih banyak gedung dengan ukuran besar di atas 50.000 meter persegi di CBD Jakarta. Hal itu tidak lepas dari zona insentif yang bisa dimanfaatkan pengembang setelah beroperasinya tranportasi massal seperti LRT dan MRT.
Ruang kantor Plug and Play./Media - Plug and Play Tech Center
Ruang kantor Plug and Play./Media - Plug and Play Tech Center

Bisnis.com, JAKARTA—Colliers mencatat meskipun pasokan gedung perkantoran sedikit dalam jumlah, kini lebih banyak gedung dengan ukuran besar di atas 50.000 meter persegi di CBD Jakarta. Hal itu tidak lepas dari zona insentif yang bisa dimanfaatkan pengembang setelah beroperasinya tranportasi massal seperti LRT dan MRT.

Senior Associate Director Research Colliers Intenational Indonesia, Ferry Salanto mencontohkan jika dilihat dari pasokan gedung perkantoran tahun ini, Treassury tower luasannya mencapai 140.000 meter persegi. Padahal gedung sebelumnya seperti GKBI saja luasannya tidak lebih dari 50.000 meter persegi. 

Ferry menjelaskan faktor infrastruktur menjadi pemicunya. Dia mengatakan dengan beroperasionalnya MRT pada 2019, pemerintah provinsi DKI mempunyai peluang menaikkan populasi kegiataan bisnis di sekitarnya. Pemerintah bisa menaikkan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dari yang semula 5 menjadi 10. Gedung perkantoran semakin besar dan semakin tinggi.

“Dengan demikian makin besar faktor pengalinya. Secara jumlah gedung nggak terlalu banyak,akan tetapi secara total ukuran keseluruhan gedung perkantoran akan lebih besar,” katanya Rabu (4/4).

Adapun secara keseluruhan, pasokan perkantoran di CBD berada di atas 500.000 meter persegi. Banyaknya pasokan hingga 2018 memang sebagai imbas masa booming properti selama 2012-2013 yang mendorong pengembang membangun properti. Sayangya pengembang masuk pada saat yang kurang tepat yakni saat siklus properti naik.

Padahal, kata Ferry, prinsipnya ketika siklus properti sudah dipuncak, maka kegiatan ekspansi perlu ditahan. Sehingga pada periode 2014—2016, penurunan okupansi perkantoran terjadi karena jumlah pasokan kantor dengan penyerapan tahunan yang tidak seimbang.

Ferry pun memproyeksikan, tahun ini menjadi tingkat hunian terendah pascaperiode booming hingga mencapai level 80% .

“Walaupun kalau kita lihat penyerapan sebesar 290.000 meter persegi selama 2017. Cuma yang masuk baru juga banyak. Belum lagi kita hitung penyerapan gedung yang beroperasi. Kombinasi antar ruang baru dengan ruang kantor lama,” imbuhnya.

Sementara itu, dari sisi harga penawaran perkantoran CBD masih cukup tinggi dan naik, karena saat ini pasokan baru yang masuk sudah merupakan gedung premium. Di kawasan CBD kata dia sudah tak memungkinakn membangun gedung perkantoran di bawah grade A lantaran harga lahan yang sudah mahal dan kemungkinan adanya KLB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper