Bisnis.com, JAKARTA— Besarnya antusiasme generasi milenials untuk berwisata membuat pemerintah mulai serius menggarap destinasi pariwisata digital yang memiliki karakteristik khas generasi muda, yaitu memiliki pemandangan yang indah untuk diunggah ke media sosial.
Tak tanggung-tanggung, Menteri Pariwisata Arief Yahya bahkan menargetkan pengembangan 100 destinasi digital tahun ini. Dari jumlah tersebut, baru 11 di antaranya yang ditetapkan sebagai destinasi digital.
Beberapa diantaranya Taman Hutan Raya (Tahura) Abdurahman Lampung, Pasar Kaki Langit Yogyakarta, Pasar Karetan Semarang, Pasar Siti Nurbaya di Padang, Pasar Baba Boen Thit di Palembang, Pasar Pancingan di Lombok, Pasar Mangrove di Batam, dan masih banyak lainnya.
“Destinasi digital produknya instagramable, disukai anak-anak muda, namun yang paling penting, dapat memenuhi esteem need, atau kebutuhan untuk diakui. Ini bisnis yang besar,” ujarnya di sela-sela penandatanganan nota kesepahaman dengan Blue Bird, Senin (26/03).
Untuk pengembangan destinasi pariwisata digital, pihaknya menggandeng sejumlah anak muda yang tergabung dalam Generasi Pesona Indonesia. Komunitas yang telah terbentuk di 17 provinsi ini aktif mempromosikan pariwisata Indonesia melalui digital, baik itu blog, vlog ataupun media sosial kepada masyarakat luas.
Menurutnya, pengembangan destinasi digital ini lebih menyasar wisatawan nusantara. Meskipun dia menilai kontribusinya terhadap perolehan kunjungan wisatawan cukup kecil dari target, namun dia menganggap destinasi digital ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan lebih lanjut.
“Kontribusinya tidak besar, perkiraan saya paling banyak di satu destinasi bisa [mendatangkan wisatawan] 10.000 per tahun,” ujarnya.
Terkait hal ini, Direktur PT Blue Bird Tbk Andre Djokosoetono mengatakan, pihaknya juga bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dalam menemukan destinasi pariwisata digital yang potensial dikembangkan. Salah satunya melalui penyelenggaraan kompetisi vlog tentang destinasi digital bagi generasi muda, di mana nantinya akan ditentukan 10 pemenang dengan 10 destinasi digital yang akan dikembangkan lebih lanjut bersama pemerintah.
Pihaknya juga mengaku terus berekspansi dengan menggandeng biro wisata online maupun offline maupun pemilik tempat wisata atau perhotelan untuk membuat paket wisata yang menyertakan kendaraan blue bird di dalamnya.
Saat ini, perseroan juga telah menawarkan paket wisata bernama Big Bird Jalan-Jalan ke sejumlah destinasi seperti Pulau Bidadari, Bandung, Cirebon, hingga Yogyakarta yang berangkat setiap akhir pekan.
“Seperti Jakarta, Cirebon, kita kerja sama juga dan bikin paket wisata. Yang pasti salah satu market customer kita baik rental mobil, bis , secara spesifik adalah pariwisata,” ujarnya.
Sejauh ini, dia menyatakan sulit untuk melacak kontribusi sektor pariwisata terhadap kapasitas penumpang Blue Bird. Namun, dia mengestimasikan kontribusinya masih cukup rendah secara nasional yaitu di bawah 50%, kecuali untuk daerah wisata unggulan seperti Bali di mana persentasenya mencapai lebih dari 50%.