Bisnis.com, JAKARTA – Mendapatkan hunian yang nyaman dan ramah manusia di Jakarta semakin sulit.
Yoga Adiwinarto, Country Director Institute for Transportation & Development Policy (ITDP), menyayangkan kota Jakarta masih berorientasi kepada kendaraan pribadi, terutama mobil. Sehingga dampaknya kemacetan tidak bisa dipungkiri lagi.
“Konsep kotanya memang dibuat pada era ’90-an, saat mobil menjadi primadona,” ujarnya Selasa, (20/3/2018)
Yoga juga mengungkapkan akibat hal tersebut energi yang diperlukan untuk melakukan mobilisasi dari hunian ke tempat lain pun akibatnya semakin besar sehingga menjadikan lingkungan yang kurang ramah untuk kenyamanan manusia.
Institute Transportation and Development Policy Indonesia (ITDP) memberikan 5 rekomendasi untuk menciptakan hunian ramah manusia.
Pertama, ciptakan hunian yang mengutamakan akses pejalan kaki dan pesepeda. Dalam penelitiannya dari sepanjang 6596 km panjang jalan di DKI Jakarta, hanya terdapat 540 km panjang trotoar yang tersedia di DKI Jakarta. Menurut data Ditlantas Polda Metro Jaya 2014, satu pejalan kaki tewas setiap enam hari di Jakarta.
Baca Juga
Kedua, mengurangi salah satu sumber kemacetan yaitu kebiasaan parkir sembarang. Yoga merekomendasikan untuk menambahkan lahan parkir yang ada di Jakarta secara keseluruhan.
Ketiga, mengubah perarturan kebutuhan parkir minimum gedung menjadi maksimum. Menurutnya masih banyak gedung-gedung yang masih menerapkan kebutuhan parkir di Jakarta hanya sebatas kebutuhan parkir minimum.
Keempat, menyambungkan hunian dengan angkutan massal sedekat mungkin. Hal ini selaras dengan usulan pemerintah untuk memperbanyak hunian TOD (Transit Oriented Development).
Kelima, menciptakan kerjasama antara pengembang dengan pemerintah untuk mengembangkan angkutan massal. Dalam hal ini Yoga mengacu pada apa yang dilakukan Sunway Group yang bekerja sama dengan pemerintah Malaysia membangun Sunway Elevated BRT sepanjang 5,2 km untuk meningkatkan akses ke kawasan Sunway dari Kuala Lumpur.