Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia memperkirakan kecenderungan hawkish di Amerika sudah tidak mencerminkan pertumbuhan fundamental, atau lebih mengarah ke Bubble.
"Pasar keuangan global di saham dan di obligasi Amerika, banyak orang melihat itu sudah mulai harganya sudah terlalu tinggi," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Doddy Zulverdi dalam Konfrensi Pers BI, di Jakarta, Kamis (1/3/2018).
Mengutip dari Reuters, saham-saham Amerika yang merosot hingga akhir Junuari kemarin telah menunjukkan perbaikan, S&P 500 dari 1 Februari sampai 28 Februari telah naik hingga 4%.
Pengamat pasar saham memperkirakan pendapatan perusahaan S&P 500 dapat meningkat hingga 19,2%, yang mana hingga Desember lalu perkiraannya hanya 11,5%.
Menurutnya, pertumbuhan yang benar seharusnya dimulai sejak awal isu kenaikan suku bunga The Fed muncul, tetapi pertumbuhan yang pesat baru dimulai sejak awal Februari.
"Jadi memang banyak mengatakan fenomena ini sudah mengarah kepada bubble, tidak hanya sekadar kenaikan," tegasnya.
Oleh karena itu, katanya, Bank Indonesia memperkirakan saham di Amerika akan terjadi koreksi. Namun, pihaknya berharap koreksi yang terjadi nantinya bisa quarterly, sehingga tidak menimbulkan gejolak yang berbeda terhadap ekonomi Amerika. "Dan mudah-mudahan adjustment nilai tukar juga ikut rebound, tetapi quarterly juga," tutupnya.