Bisnis.com, JAKARTA -- Konsultan properti menilai pengembang asing yang berinvestasi di Indonesia sulit bekerja sama dengan pengembang besar lokal yang sudah menguasai pasar.
Kepala Departemen Riset Savills Indonesia Anton Sitorus menyatakan beberapa contoh investor properti asal Jepang dan Korea Selatan memiliki niat untuk bekerjasama dengan pengembang lokal yang sudah menguasai pasar. Sebut saja misalnya; Summarecon Group, Lippo Group, dan Ciputra Group.
Namun, impian tersebut kerap gagal karena kerjasama tidak mudah dilakukan. Banyak pertimbangan untuk kerjasama dari pihak pengembang lokal yang sudah menguasai pasar.
"Istilahnya, buat apa kerja sama dengan pengembang luar kalau bisa kerja sendiri, dan keuntungan bisa dinikmati sendiri. Apa gunanya? Toh selamanya ini sudah menguasai pasar," ujar Anton kepada Bisnis, Selasa (26/2/2018).
Anton melanjutkan, kesadaran pengembang lokal yang sudah menguasai pasar akan cenderung menolak untuk berbagi kue keuntungan dengan pihak lain, termasuk pengembang asing.
Meskipun begitu, pengembang lokal juga tak menampik pada kebutuhan untuk penambahan pendapatan dan peningkatan mutu teknologi properti yang bisa diperoleh dari pengembang asing. Dalam kondisi seperti ini, kata Anton, pengembang lokal akan menggandeng perusahaan asing. Beberapa contoh misalnya Sinarmas Land dalam mengembangkan Bumi Serpong Damai atau BSD City.
"Mereka akhirnya menggandeng Hong Kong. Ada pula apartemen yang kerjasama dengan Jepang, dan Mitsubishi," ungkap Anton.
Anton menilai, dalam beberapa tahun terakhir pengembang lokal besar di Indonesia ini mulai tertarik bekerjasama dengan pengembang asing. Padahal sebelumnya, saat properti sedang berjaya tahun 2013-2014, pengembang lokal ini tidak banyak yang mau bekerja sama.
"Biasanya begitu. Kalau mentok, mereka pengembang besar baru negosiasi dengan pengembang asing. Dalam beberapa tahun ekonomi melambat, bisnis melambat, pengembang Indonesia akhirnya butuh," paparnya.
Kondisi ini menurut Anton membuat waktu negosiasi antara investor asing dengan pengembang besar Indonesia kerap memakan waktu yang lama. Alhasil, pengembang asing akan cenderung membina kerjasama dengan pengembang kecil.
"Misalnya GS E&C Group ini mungkin tak sekelas dengan Lippo Group, jadi dia akhirnya juga cari partner yang seimbang," tutur Anton.
Sebelumnya, investor asal Korea Selatan, GS E&C Group menggandeng pengembang lokal Vasanta Indoproperti dalam menggarap pasar hunian vertikal di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat.
Ada pun Daan Mogot Jakarta Barat kini banyak dilirik pengembang asing seperti Cina dan Korea Selatan karena letak strategis. Kawasan Daan Mogot berada diantara dua Provinsi besar yakni Jakarta Barat dan Tangerang Kota.
Pengembang Asing Sulit Gandeng Pengembang Lokal Kuat
Konsultan properti menilai pengembang asing yang berinvestasi di Indonesia sulit bekerja sama dengan pengembang besar lokal yang sudah menguasai pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Gloria Fransisca Katharina Lawi
Editor : M. Rochmad Purboyo
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu