Bisnis.com, JAKARTA—Qantas Group mencetak laba dasar sebelum pajak tertinggi sepanjang sejarah perusahaan. Qantas mencetak laba dasar A$976 juta untuk periode enam bulan yang berakhir pada 31 Desember 2017.
Angka tersebut melampaui rekor paruh pertama tahun keuangan 2016 yang berjumlah A$921 juta. Angka tersebut berhasil dicapai kendati ada peningkatan harga bahan bakar dan pertumbuhan kapasitas internasional.
Selain itu, jika dibandingkan dengan paruh pertama tahun keuangan 2017, tercatat peningkatan 15% laba dasar sebelum pajak dan 20% laba berdasarkan undang-undang sebelum pajak.
”Kami berhasil mencatatkan hasil ini berkat investasi di area yang berkontribusi pada pertumbuhan margin, serta implementasi strategi terkait jaringan yang memastikan bahwa kami menyediakan pesawat yang pas untuk rute yang tepat,” kata Group CEO Alan Joyce dalam siaran pers, Minggu (25/2/2018).
Dia menjelaskan Qantas berhasil mencapai seluruh target keuangan Grup. Dengan begitu perusahaan memungkinkan untuk terus menghadirkan hasil positif bagi para pemegang saham. Juga dapat berinvestasi lebih untuk kepuasan konsumen dan memposisikan diri untuk masa depan.
Tingkat utang bersih terus menurun dan berada pada kisaran bawah, yaitu pada A$5,1 miliar. Ini berarti 60% dari armada Qantas, termasuk dua pesawat 787-9 yang dibeli secara tunai, tidak terbebani utang.
Baca Juga
Periode jatuh tempo pelunasan utang juga membaik hingga delapan tahun, dengan program utang perusahaan di angka A$350 juta dan likuiditas jangka pendek terjaga kuat di angka A$2,8 miliar.
Penghasilan dari perputaran modal investasi 12 bulan mencapai 20,9%, dengan semua segmen operasional mampu memberikan hasil melebihi rata-rata biaya modal.
Panduan pengeluaran untuk belanja modal tahun keuangan 2018 dan 2019 tetap berada di angka A$3 miliar, di luar penjualan aset bersih.
Arus kas operasi juga mengalami peningkatan sebesar 48% dan memecahkan rekor dengan angka A$1,7 miliar. Ini berkontribusi pada tersedianya modal lebih untuk diinvestasikan kembali dan dibagikan pada para pemegang saham.
”Hasil ini mencakup pula keuntungan senilai A$181 juta yang didapat dari transformasi yang sedang berjalan, dan merupakan bagian dari target tahunan rata-rata sebesar A$400 juta. Pada akhirnya, disiplin adalah kunci di balik keberhasilan kami untuk terus memberikan hasil terbaik bagi para konsumen, pemegang saham, dan masyarakat di sekitar kami,” kata Joyce.
Pesanan Jetstar
Pada perkembangan lain, Jetstar telah memesan 99 pesawat A320 dan, mulai pertengahan 2020 menerima 18 pesawat A321LR NEO baru.
Armada generasi terbaru dengan kemampuan jarak tempuh lebih jauh ini dapat melayani rute-rute seperti dari Melbourne dan Sydney ke Bali, yang saat ini dilayani 787-8 Dreamliner.
Kehadiran empat pesawat jenis NEO jarak-jauh yang pertama juga akan meningkatkan kapasitas Qantas di rute-rute tersebut.
Dengan begitu, berpotensi meluangkan sebagian waktu terbang 787-8 untuk kemudian melayani rute-rute wisata seperti Vietnam, Tiongkok, Thailand, dan Hawaii.
Kedelapan belas pesawat A321LR NEO tersebut rencananya diterima akhir 2022. Pesawat-pesawat tersebut akan menggantikan armada A320 lama Jetstar. Sebelumnya armada A320 digunakan pada sejumlah rute domestik dan internasional.
Nantinya, masing-masing pesawat akan menghemat penggunaan bahan bakar hingga 15%.