Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla rapat bersama empat menteri dan Kepala BKPM untuk mengevaluasi ekspor dan penanaman investasi karena kalah dari negara tetangga. Ada beberapa masalah yang menjadi penyebabnya.
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengatakan bahwa rapat tersebut sebagai tindak lanjut dari pembicaraan yang sama antara Jusuf Kalla dengan Presiden Joko Widodo sebelumnya yakni pada Selasa (6/2/2018) di Kantor Wakil Presiden. Menurut Sofjan, keluhan utama para pelaku usaha masih ada pada regulasi.
“Iya, artinya di regulasi, implementasinya dan gangguan di bawahnya. Gangguan dari pada dirjen-dirjen di bawah ini yang tidak melaksanakan apa yang sudah diputuskan dari atas. Ini tidak segaris,” ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jumat (9/2/2018).
Padahal, kata dia, pemerintah sudah menelurkan segudang kebijakan dan keringanan dalam berusaha untuk menggenjot investasi dan meningkatkan ekspor seperti tax allowance maupun tax holiday.
“Sudah begitu lamanya pending, yang sudah ditunggu-tunggu orang tapi kita enggak selesai-selesai di bawah. Yang sudah diputuskan di rapat kabinet itu tapi tidak dilaksanakan oleh menteri, kadang dirjen-dirjennya atau badan-badan yang tidak sama sekali mendengar. Banyak keringanan tapi dibikin syarat-syarat khusus oleh departemen masing-masing sehingga orang itu tidak datang [berinvestasi]. Itu dibicarakan tadi semua,” ujarnya.
Menurut dia, kendati pemerintah memberikan keringanan berupa pajak syarat berinvestasi di Indonesia bertambah terus. Hal itu membuat Indonesia kalah darri Thailand, Vietnam, ataupun Malaysia.
“Kita sudah identifikasi tadi satu per satu, dan akan diumumkan oleh menteri-menteri yang bersangkutan itu segera untuk mengembalikan image yang positif bahwa Indonesia itu serius,” tuturnya.
Badan Pusat Statistik merilis nilai ekspor Indonesia pada 2017 hanya US$168,73 miliar. Raihan itu naik 16,22% dibandingkan dengan capaian pada 2016. Kendati demikian jumlahnya masih kalah dari negara-negara tetangga
Nilai ekspor Thailand pada 2017 sebesar US$236,69 miliar, Malaysia US$219,45 miliar, dan Vietnam US$213,77 miliar.
Sementara itu, realisasi investasi penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing pada 2017 mencapai Rp692,8 triliun atau tumbuh 13,1% dari realisasi tahun 2016 Rp612,8 triliun. Pertumbuhan itu pun kalah dari peningkatan yang dialami negara tetangga di kisaran 20%-50%.