Bisnis.com, JAKARTA -- Kantor Syahbandar Utama Tanjung Priok menjamin keamanan di Pelabuhan Tanjung Priok dari tindakan kejahatan pencurian dan perompakan. Kendati demikian, Syahbandar juga meminta pemilik kapal untuk kooperatif dengan melaporkan setiap upaya tindak kejahatan.
Kepala Syahbandar Utama Tanjung Priok, Capt. Sudiono mengatakan dalam kurun waktu dua tahun terakhir tidak ada tindak kejahatan perompakan di Tanjung Priok. Namun, dia mengakui upaya tindak kejahatan tetap ada. "Percobaan terakhir itu 2015, selama 2016-2017 kami tidak mendapat laporan piracy maupun upaya perompakan," ujarnya di Jakarta, Senin (5/2/2018).
Sebagaimana diketahui, saat ini Pelabuhan Tanjung Priok atau Port of Jakarta masih tercantum dalam daftar zona rawan perang yang dirilis oleh Joint War Committee (JWC), sebuah komite yang mewakili perusahaan asurasi berbasis di Inggris.
Dilansir dari laman lmalloyds.com, daftar negara, perairan, dan pelabuhan yang dianggap rawan dimutakhirkan pada September 2017. Di Asia, wilayah yang juga digolongkan rawan adalah Pakistan, Iran, Irak, Israel, dan Lebanon. Selanjutnya Saudi Arabia, Suriah, dan Yaman.
Di sisi lain, Sudiono meminta pemilik kapal untuk melaporkan segera melaporkan upaya pencurian maupun kejahatan kepada pihak keamanan di pelabuhan Dia mengakui, pihaknya dan kepolisian sulit untuk menangani pencurian jika pengaduan baru dilakukan jauh hari setelah pencurian berlangsung.
Dia juga menghimbau pemilik kapal untuk meningkatkan keamanan internal di atas kapal. "Kapal setinggi berpuluh meter penjagaannya harus ketat. Di kapal juga biasanya dipasang alarm begitu ada pencurian," ujarnya.
erdasarkan data International Maritime Bureu (IMB), hingga September 2017 tercatat 23 insiden penyerangan dan upaya penyerangan, terbanyak dibandingkan wilayah lain.
Dalam laporan itu, penyerangan terjadi saat kapal berlabuh sebanyak 21 kali dan 2 kali saat hendak berlayar. Kendati demikian, jumlah serangan mengalami tren penurunan. Pada 2015 tercatat 85 kali insiden dan 33 insiden pada 2016.