Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian meminta kepada produsen baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk., Posco, Nippon Steel dan Osaka Steel agar berkolaborasi merealisasikan peta jalan pengembangan klater baja 10 juta ton pada 2025.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kluster baja di Cilegon, Banten ini diharapkan memberikan efek berantai berupa penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 45.000 orang dan tidak langsung mencapai 375.000 orang.
Selanjutnya, pendapatan pajak sekitar USD 0,17 miliar dan kontribusi terhadap PDB sebesar 0,38 persen.
“Melalui pendekatan klaster ini, karena sifatnya saling melengkapi, produk yang dihasilkan akan lebih berdaya saing serta memacu adanya inovasi dan peningkatan kualitas produk sesuai permintaan konsumen saat ini,” kata Airlangga melalui keterangan tertulis, akhir pekan lalu.
Airlangga mengatakan selain Cilegon pihaknya juga mendorong pembangunan klaster industri baja di Batulicin, Kalimantan Selatan, dan Morowali, Sulawesi Tengah.
Dia mengatakan produksi dari kawasan terpadu ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik sehingga menjadikan Indonesia negara mandiri dari impor baja serta dapat ditujukan sebagian ke pasar ekspor.
Baca Juga
Kawasan Batulicin berdiri di atas lahan seluas 955 hektare. Pabrik baja terpadu ini diproyeksi akan menyerap tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang. Saat ini sudah ada industri baja yang beroperasi, yaitu PT Meratus Jaya Iron and Steel serta dilengkapi dengan fasilitas pelabuhan ferry.
Sedangkan pembangunan industri berbasis nikel dan baja tahan karat (stainless steel) di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah menyiapkan lahan seluas 2.000 hektare.
Kawasan ini telah menyerap realisasi investasi sebesar Rp80 triliun dalam kurun 2015-2017. Ditargetkan pada 2019 mencapai Rp105 triliun. Kawasan Morowali ditargetkan menghasilkan 4 juta ton stainless steel per tahun, dan pabrik baja karbon berkapasitas 4 juta ton per tahun.
“Selain itu, pada periode 2015-2017, kawasan ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 15 ribu dan ditargetkan pada 2019 akan membuka kesempatan lebih dari 40 ribu tenaga kerja,” katanya.
Airlangga menambahkan industri baja dikategorikan sebagai sektor induk karena produknya merupakan bahan baku utama yang diperlukan bagi kegiatan manufaktur.
Bahkan, baja juga komponen penting sektor infrastruktur yang meliputi bangunan dan properti, jalan dan jembatan, telekomunikasi, hingga ketenagalistrikan.
"Pertumbuhan industri pengguna baja di Indonesia terbilang cukup baik. Contohnya, industri otomotif, yang diproyeksikan pada tahun 2025 akan memproduksi 3 juta unit mobil sehingga membutuhkan sebanyak 1,8 juta ton baja otomotif," paparnya
Pemerintah mencatat saat ini kebutuhan crude steel (baja kasar) nasional mencapai 14 juta ton. Sementara produksi industri baja dalam negeri sebanyak 8 juta ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel