Bisnis.com, JAKARTA - Industri manufaktur di dalam negeri perlu menyiasati tren penurunan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak otomatisasi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan penyerapan tenaga kerja berbagai negara industri mulai menyusut akibat kemajuan teknologi.
“Amerika Serikat misalnya, total working hours menurun tapi produkstifitasnya naik, karena mereka sudah pakai artificial intelligence. Teknologi sudah mengubah banyak struktur penciptaan lapangan kerja industri,” ujarnya dalam forum Indonesianisme Summit 2017 yang digelar Ikatan Alumni ITB di Jakarta, Sabtu (9/12/2017).
Luhut menyatakan perkembangan digitalisasi bakal semakin banyak mengubah struktur penciptaan lapangan kerja ke depan. Menurutnya, industri manufaktur di dunia mulai mengedepankan teknologi robotic yang lebih efisien ketimbang tenaga kerja.“Banyak pekerjaan yang dapat tergantikan software,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor ITB Kadarsyah Suryadi memperkirakan pada sebanyak 60% tenaga kerja yang tersedia saat ini dapat tergantikan sistem otomasi robotic dan komputer pada 2030. Hanya saja, pada 2025 terdapat sebanyak 50% kesempatan kerja di dunia yang belum tersedia saat ini.
“Artinya memang ada lapangan kerja yang hilang karena otomasi. Tapi sistem otomasi robot itu juga menciptakan peluang kerja baru,” ujar Suryadi.
Baca Juga
Dalam dua dekade ke depan, ujarnya, resources yang diperebutkan dunia merupakan pekerja usia produktif. Sementara itu, komposisi pekerja usia produktif di dalam populasi global pada 2035 mendatang diperkirakan hanya mencapai separuh angka saat ini.
“Artinya apa? Dalam dua dekade lagi, resources yang diperebutkan dunia adalah tenaga kerja generasi muda,” ujarnya.
Badan Pusat Statistik mencatat peranan industri pengolahan nonmigas terhadap PDB Indonesia mencapai 17,76% pada kuartal ketiga tahun ini. Industri manufaktur menyumbang peranan tertinggi ketimbang sektor lain seperti pertanian dan perdagangan.
Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada periode yang sama tercatat sebesar 5,49%, atau mulai melesat lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi nasional 5,06%.
Kadarsyah berpendapat, peranan industrialisasi terhadap PDB nasional perlu terus ditingkatkan lantaran pembentukan devisa RI masih bergantung kepada ekspor komoditas. “Industri perlu menyumbang kontribusi yang lebih tinggi terhadap ekonomi,” tambah Suryadi.