Bisnis.com, JAKARTA -- Perolehan dana go public anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) akan digunakan untuk penghiliran usaha.
BUMN perkebunan itu menjadwalkan penawaran umum saham perdana PT Pabrik Gula Rajawali I dan right issue PT Phapros Tbk. pada 2018.
Direktur Utama RNI B. Didik Prasetyo mengatakan perusahaan gula pada masa depan tidak boleh menggantungkan pendapatan pada produk gula dan tetes. Seperti di Thailand dan India, ke depan pabrik gula (PG) harus menghasillkan produk nongula.
Di India misalnya, sebagian besar pendapatan PG ditopang oleh penjualan listrik (cogeneration) dari ampas tebu. PG juga dapat memproduksi bioetanol dari tetes tebu. Pada akhirnya, gula dan tetes sekadar menjadi produk sampingan.
"Kalau bahan bakunya berasal dari tebu rakyat, kami enggak mungkin lagi melakukan peningkatan kapasitas sehingga arahnya pengembangan industri. Rencana IPO [Rajawali I] untuk pengembangan industri hilir," katanya saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, Selasa (28/11/2017).
Adapun perolehan dana dari right issue Phapros akan digunakan untuk penguataan modal RNI dan pengembangan kawasan industri di lahan PG Jatitujuh di Majalengka, Jawa Barat. Right issue dilakukan dengan menawarkan sebagian kepemilikan saham RNI di Phapros yang saat ini 56,57% kepada publik hingga publik nantinya menggenggam kepemilikan 80%.
RNI menargetkan perolehan dana Rp750 miliar-Rp1 triliun dari aksi korporasi Phapros itu.
"Kalau untuk R1 (Rajawali I), saya inginnya dapat dalam jumlah yang sama supaya bisa mengembangkan industri hilir," kata Didik.