Bisnis.com, JAKARTA—Direktur Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian Enny Ratnaningtyas memperkirakan pabrikan makanan minuman yang sudah ada memilih menunda ekspansi pada tahun ini.
“Sebenarnya banyak yang ingin ekspansi, tetapi setelah lihat penjualan jatuh pas Lebaran akhirnya memilih untuk menunda dulu,” ujarnya.
Menurutnya, pertumbuhan output makanan minuman pada tahun ini mencapai 8%. Proyeksi tersebut lebih rendah ketimbang pertumbuhan sepanjang 2016 lalu sebesar 8,5%.
“Tetap tumbuh, tetapi penjualan yang relatif rendah pada semester pertama meski ada Lebaran. Itu cukup besar pengaruhnya untuk menahan laju pertumbuhan,” ujarnya.
Enny menyatakan salah satu tantangan bagi industri makanan minuman adalah pengembangan industri hulu. Sebab sebagian besar bahan baku masih bergantung terhaadap barang impor.
“Industri makanan minuman di Indonesia itu sebenarnya unik karena banyak melibatkan industri kecil menengah dalam alur produksinya. Tapi bahan baku masih impor karena memang tidak dihasilkan di sini,” ujarnya.
Di samping itu, menurutnya, pabrikan perlu mulai menggencarkan inovasi dengan membuat produk baru yang sesuai keinginan pasar. Sebab pertumbuhan pasar makanan minuman mulai mengerucut pada segmen tertentu.
“Konsumen sekarang semakin selektif, Pasarnya mulai mengarah ke produk ingin produk healthy food dan meals ready to eat,” ujarnya.