Bisnis.com, JAKARTA — Adviser Indonesia Pastry Alliance (IPA) I Made Kona mengungkapkan saat ini jumlah koki yang ahli dalam bidang pembuatan kue di dalam negeri masih minim. Padahal, industri pengguna jasa tersebut seperti perhotelan dan restoran biasanya membutuhkan sekitar 25% -30% spesialis pembuatan kue dari total tim ahli masak yang dimiliki.
I Made menjelaskan saat ini kebutuhan jasa ahli pembuat kue tidak hanya terbatas di perhotelan dan restoran. Namun, bisnis toko kue pun kini menjamur di Tanah Air.
Kondisi tersebut, sambungnya, membuat kebutuhan akan tenaga koki yang memiliki keahlian tinggi dalam membuat kue sangat dibutuhkan.
“Saat ini tidak gampang mencari orang yang punya kompetensi. Ada beberapa skill yang harus dikuasai oleh seseorang sebelum menjadi ahli pembuat kue,” paparnya saat ditemui Bisnis, di sela-sela kompetensi IPA Championshiop SIAL Interfood, Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (22//1).
Dia mengatakan IPA saat ini tengah berupaya mendorong kemampuan para koki pembuat kue di dalam negeri. Salah satunya dengan menggelar perlombaan mulai dari tingkat junior.
Kompetisi tersebut menurutnya dapat menjadi sarana regenerasi ahli pembuat kue di Indonesia. Melalui ajang IPA Championsip, pihaknya berharap dapat menambah modal keterampilan serta pengetahuan para koki pembuat kue.
“Kita memiliki generasi berikutnya untuk menjadikan mereka lebih profesional dan memiliki pengetahuan tentang pastry,” imbuhnya.
Perlombaan tersebut digelar oleh IPA selama 4 hari mulai dari 22 November 2017 hingga 25 November 2017. Peserta yang hadir beragam mulai dari kalangan peserta didik disekolah kejuruan tata boga hingga para blogger.
Beberapa kategori yang dilombakan antara lain pembuatan mini cake dan whole cake. Selain itu, para peserta ditantang untuk membuat tampilan yang unik untuk selanjutnya dinilai oleh para dewan juri.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menilai saat ini memang ketersediaan jasa koki di dalam negeri memang masih mencukupi kebutuhan industri perhotelan dan restoran. Bahkan, beberapa lulusan asal Indonesia mencari peruntungan dengan menawarkan jasa dan keterampilan mereka di luar negeri.
Kendati demikian, Hariyadi menilai untuk menemukan koki yang memiliki keterampilan khusus atau tingkat ahli memang jumlahnya masih terbatas. Pasalnya, hal tersebut terbentuk dari pengalaman dan jam terbang masing-masing individu.
Menurut catatan Bisnis, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut realisasi investasi pariwisata Indonesia tumbuh 27,64% menjadi US$1.396,40 pada Januari-September 2017 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu (year-on-year). Berdasarkan peruntukannya, investor asing masih lebih berminat berinvestasi di sektor akomodasi, baik hotel maupun nonhotel. Persebaran investasi juga sejalan dengan 3 destinasi utama pariwisata Tanah Air yakni 38% di Bali, 18% di Kepulauan Riau, dan 17% di Jakarta.